Hardys Pailit! Pria Muda Ini ‘Selamatkan’ 13 Outlet Retailnya
Selasa, 21 November 2017
Baliberkarya
Baliberkarya.com Denpasar. Tak banyak yang tahu Hardys Retailindo, salah satu usaha ritel besar di Bali bahkan sampai merambah ke Banyuwangi sekarang telah beralih manajemen kepemilikan. Ganti owner baru terungkap setelah ada pengumuman pailit dari dari pengadilan terhadap owner sebelumnya I Gede Agus Hardiawan.
Brand Hardys dinilai sangat kuat dan melekat di hati masyarakat Bali. Selain itu bisnis retail yang masih prospektif menjadi alasan pihak investor nengambilalih Hardys.
Pemilik baru Hardys adalah Putu Gede Sedana, seorang pria berusia 34 tahun, pengusaha muda asal Singaraja. Ayah 3 anak, 2 putra dan 1 putri membeli aset Hardys pada 9 Desember 2016. Hardys manajemen baru ini di bawah pengelolaan PT.Arta Sedana Retailindo, dengan 13 outlet yang tersebar di seluruh Bali dan Banyuwangi.
BACA JUGA : Selamat! Atlet Tinju Bali Raih 3 Medali, Satu Petinju TC Asean Games
Dihubungi wartawan, Senin (20/11/2017) Putu Gede Sedana membenarkan usaha retail Hardys kini di bawah pengelolaan PT.Arta Sedana Retailindo miliknya. Dia mengaku ada sejumlah alasan mengapa pihaknya berani mengambil alih Hardys.
Alasan pertama, melanjutkan usaha retail yang sudah eksis yang sebelumnya dengan susah payah dibangun pengusaha lokal (I Gede Agus Hardiawan, pemilik sebelumnya)."Tidak gampang membangun usaha retail," ujar lelaki yang memulai usaha sejak 2007 dari usaha jasa layanan, sampai distributor food dan non food Arta Sedana Grup itu.
Alasan kedua adalah branding Hardys yang sudah eksis. Sebagai usaha retail besar boleh dikata sudah sangat familiar. Hardys sudah punya image tersendiri, baik konsumen dan masyarakat Bali khususnya."Branding ini juga yang tidak gampang dibangun," kata Putu Gede Sedana.
Yang jelas sekarang ini, Hardys yang dikelola PT. Arta Sedana Retailindo dimana dia sebagai Komisaris Utama, tidak ada kaitannya dengan PT. Hardys Retailindo maupun grup usaha Hardys yang sebelumnya milik 1 Gede Hardiawan.
BACA JUGA : Efektifkan Sisa Waktu, Genjot Upaya Pemerataan Antar Wilayah dan Sektoral
Dan yang ketiga, loyalitas para pelanggan maupun konsumen Hardys, yang tinggi. Menurut Sedana, para pelanggan Hardys rata-rata merupakan pelanggan yang loyal. Hal itu ditandai Hardys selalu ramai pengunjung. Lebih- lebih pada hari raya keagamaan seperti Galungan dan Kuningan dan hari raya lainnya.
Berapa nominal transaksi pembelian Hardys Retailindo tersebut, Sedana menolak menyebutkan jumlahnya. "Kalau yang itu tak usah," ujarnya. Yang jelas pembelian dilakukan lewat Bank Muamalat. Sedana optimis bisnis retail tetap prospek di Bali. "Kami tetap berinovasi salah penjajakan layanan online seperti rencana kerjasama dengan dengan Go-Jek dan Go-Send," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan usaha yang bernaung dalam group Hardys, salah satunya termasuk Hardys Retailndo dinyatakan pailit sebagaimana diputuskan dalam Pengadilan Niaga Surabaya pada 9 November 2017. I Gede Hardiawan, pemilik Hardys Retailindo dan usaha kelompok Hardys lainnya, mengakui status pailit tersebut. Dia mengaku usaha retail Hardys telah dia jual kepada Putu Gede Sedana, seorang pengusaha asal Singaraja. (BB/NB)
BACA JUGA : Catat! Tanpa Sertifikat Fidusia, 'Debt Collector' Tak Boleh Eksekusi di Jalan