Sesuai Bhisama, Wayan Koster Tegaskan Perusak Alam Bali Akan Terkena Kutukan Leluhur
Minggu, 12 Januari 2025
Ket poto: Gubernur Bali terpilih Periode 2025-2030, Dr. Wayan Koster
Baliberkarya.com-Denpasar. Gubernur Bali terpilih Periode 2025-2030, Dr. Wayan Koster, menegaskan bahwa tindakan merusak alam Bali akan membawa kutukan sebagaimana diamanatkan dalam Lontar Bhisama Batur Kalawasan. Hal ini disampaikan dalam seminar bertajuk "Bali Mau Dibawa Kemana” yang digelar Paiketan Krama Bali di Kampus IPB Internasional Denpasar, Jumat (11/1/2025).
“Ingatlah pesanku, wahai anak-anakku sekalian, di kemudian hari jagalah kelestarian gunung dan laut. Gunung adalah sumber kesucian, laut tempat menghilangkan kekotoran, di tengah daratan melaksanakan kehidupan. Kalau melanggar, akan terkena kutukan, kekurangan pangan, umur pendek, dan kerusakan hubungan sosial,” ujar Wayan Koster, mengutip arti isi lontar Bhisama Batur Kalawasan.
Koster menjelaskan bahwa filosofi tersebut menjadi dasar dari visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, yang bertujuan menjaga harmoni antara manusia, alam, dan budaya. Ia menekankan konsep Sad Kerthi sebagai pedoman pembangunan, yang mencakup enam elemen, seperti Atma Kerthi, Segara Kerthi, Danu Kerthi, Wana Kerthi, Jana Kerthi, dan Jagat Kerthi.
“Ini adalah pesan penting leluhur kita. Tidak boleh ada yang mencoba hidup enak dengan merusak alam. Bali tidak butuh aturan formal untuk ini. Kutukan leluhur cukup menjadi pengingat,” sebutnya.
Dalam paparannya, Koster menyoroti isu reklamasi Teluk Benoa sebagai contoh nyata pelanggaran harmoni alam. Ia menyebut proyek tersebut bertentangan dengan filosofi leluhur yang melarang eksploitasi lingkungan demi keuntungan jangka pendek.
“Gunung, laut, dan daratan adalah satu kesatuan. Merusak salah satunya berarti menghancurkan keseluruhan. Jika itu dilakukan, hukum alam akan berlaku, dan kita akan menghadapi akibatnya,” tegas Koster.
Ia memastikan bahwa pesan leluhur ini akan terus menjadi landasan kebijakan pemerintahannya. “Jika kita menjaga alam, alam akan menjaga kita. Jika kita melanggar, kutukan itu nyata. Bali harus dibangun dengan menghormati warisan leluhur,” tegas Koster mengakhiri. (Rls/BB)