Pemkot Denpasar Akan Gelar Sarasehan Pahlawan I Gusti Ngurah Made Agung
Kamis, 22 Desember 2016
Baliberkarya.com/ist
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com-Denpasar. Puri Agung Denpasar bekerjasama dengan Pemerintah Kota Denpasar, menyelenggarakan sarasehan tentang nilai-nilai kepahlawanan sosok Pahlawan Nasional, I Gusti Ngurah Made Agung atau yang lebih dikenal dengan nama Tjokorda Mantuk Ring Rana, Sabtu (24/12/2016) di Gedung Sewaka Dharma Lumintang.
Sosok Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Made Agung patut diteladani saat ini oleh masyarakat, selain itu Perang Puputan Badung tidak semata-mata mencerminkan sikap setia masyarakat kepada raja, tapi lebih dari kesetiaan masyarakat untuk membela tanah air atau nindihin gumi yang sangat diyakini guna menjunjung kejujuran dan kebersamaan.
I Gusti Ngurah Made Agung atau lebih dikenal dengan Raja Badung VII adalah raja yang turun langsung melawan penjajah hingga akhirnya gugur di medan perang. Beliau seorang Raja Badung yang berani dan pantang menyerah membela kebenaran, keadilan dan negara. Dia bersama dengan masyarakat Bali berjuang habis-habisan melawan penjajah Belanda dalam perang Puputan Badung selama 1902-1906. I Gusti Ngurah Made Agung lahir di Puri Agung Denpasar, 5 April 1876.
Dia merupakan Putra I Gusti Gede Ngurah Pemecutan atau Ida Tjokorda Gde Ngurah Pemecutan yang merupakan Raja Badung V. I Gusti Ngurah Made Agung gugur dalam Perang Puputan Badung melawan pasukan Belanda, tanggal 22 September 1906 dan mendapat gelar kehormatan Ida Betara Tjokorda Mantuk Ring Rana yang artinya raja yang gugur di medan perang.
Kepahlawanan I Gusti Ngurah Made Agung telah menginspirasi dan memotivasi dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan di Kota Denpasar. Apa yang telah diwariskan oleh I Gusti Ngurah Made Agung telah memberikan dorongan semangat dan patriotisme untuk mengisi pembangunan.
I Gusti Ngurah Made Agung diberi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 116/TK/2015 yang ditandangani 4 November 2015. Pada awalnya perjuangan I Gusti Made Agung dilakukan melalui karya-karya sastranya yang hingga saat ini masih ada, dan tersimpan baik.
Melalui karya-karya sastranya I Gusti Made Agung kemudian membangkitkan semangat perjuangan masyarakat Bali untuk melawan penjajahan. Selain seorang raja, I Gusti Ngurah Made Agung juga dikenal sebagai seorang sastrawan dan penyuka sastra.
Karya yang ditulisnya di antaranya, Geguritan Dharma Sasana, Geguritan Niti Raja Sasana, Geguritan Nengah Jimbaran, Kidung Loda, Kakawin Atlas, Geguritan Hredaya Sastra, dan Geguritan Purwasengara.
Saat ini, Bali yang kaya dengan budaya, teguh memegang konsep kemasyarakatan yang religius mampu mempertahankan nilai-nilai luhur tersebut meski globalisasi telah melanda hampir keseluruh pelosok dunia.
Namun tidak berarti kita lengah dan lemah dengan perkembangan teknologi dan ekonomi sehingga kesinambungan nilai-nilai dari generasi ke generasi berikutnya terus dapat berlangsung dan generasi mendatang tidak kehilangan jati dirinya sebagai orang Bali. (BB)