Wayan Jondra Terpilih Kembali Jadi Ketua Umum Paiketan Krama Bali dalam Mahasabha II Paiketan Krama Bali
Minggu, 12 Januari 2025
Baliberkarya (Ist)
Alot, Diskusi Bertajuk "Bali Mau Dibawa Ke Mana?
Baliberkaya.com - Denpasar. Mahasabha II Paiketan Krama Bali di Kampus IPB Internasional, Sabtu, 11/1/2025 secara aklamasi memilih kembali Dr. Ir. I Wayan Jondra, M.Si sebagai Ketua Umum Paiketan Krama Bali masa bhakti 2024-2029. Jondra didampingi Sekretaris Umum yang baru yakni A.A. Gde Sutrisna WP, S.T, M.T, IPU Asean Eng menggantikan I Made Perwira Duta, S.S, CHA. Sedangkan untuk jabatan Bendahara Umum, seluruh peserta Mahasabha memilih kembali secara aklamasi I Made Sumerta, S.E, M.Ak. Pemilihan pimpinan puncak Paiketan Krama Bali ini berjalan lancar karena seluruh peserta secara aklamasi memilih Wayan Jondra sebagai Ketua Umum. Sebelumnya, Formatur pemilihan Pengurus yang diketuai Dr. Ni Wayan Umi Martina, S.H, M.H didampingi Sekretaris A.A. Gde Sutrisna dan Anggota I Made Kariyasa membacakan keputusan pemilihan ketua umum, sekretaris umum dan bendahara umum.
Mahasabha II Paiketan Krama Bali ini dibuka oleh Penjabat Gubernur Bali S.M. Mahendra Jaya yang didahului dengan sambutan tentang paparan kebijakan pemerintah Provinsi Bali. Selain acara seremonial, Mahasabha II Paiketan ini diisi dengan seminar dengan tema “ Bali Mau Dibawa Ke Mana“. Seminar menampilkan 4 pembicara yakni : Dr. Ir. Wayan Koster, M.M; Prof. Dr. IB. Raka Suardana, S.E, M.M; Drs. I Ketut Donder, M.Ag, Ph.D; I Gede Harja Astawa, S.H, M.H.
Pembicara pertama I Ketut Donder membawakan materi berjudul Bali Pulau Dewata, Pariwisata Dan Reduksi Transendensi Kejernihan Pikiran Para Pemimpin Bali (Kajian Teo-Ekologi). Materi ini mendapat sambutan hangat dari para peserta karena diselingi dengan joke-joke yang membuat seluruh peserta tertawa. Pembicara kedua, Gede Harja Astawa yang juga Ketua Fraksi Partai Gerindra dan PSI di DPRD Bali mem bawakan materi “Peran Wakil Rakyat Dalam Legislasi Dan Pengawasan Terhadap Kebijakan Eksekutif”. Ia menyampaikan keberpihakannya kepada warga di Bukit Ser, Pemuteran Buleleng yang telah mendiami tanah negara secara turun-temurun namun permohonan hak atas tanah sangat sulit dikabulkan. Anehnya, ada sebuah Perusahaan yang memohon hak atas tanah yang sama, dalam waktu tak lama sudah diproses oleh BPN. Pembicara ketiga Prof Raka Suardana dengan materi “Pemerataan Ekonomi Bali” memaparkan ketidakmerataan pendapatan dan tingkat pertumbuhan ekonomi antara Badung dan Kabupaten/kota lainnya di Bali. Ketidakmerataan ini adalah PR bagi Gubernur Bali terpilih Wayan Koster.
Pembicara terakhir, Wayan Koster membawakan materi, Filosofi Air Dalam Leadership Pemimpin Bali Ke Depan”. Filosofi ini menurutnya mengacu pada visi Nangun Sat Kertih Loka Bali yang akan dilaksanakan saat ia dilantik sebagai Gubernur Bali periode kedua. Koster mengutip Lontar Bhisama Batur Kalawasan yang merupakan warning bagi pemimpin yang melanggar bhisama. “Ling ta kita nanak akabehan, riwekasan, wenang ta kita pratyaksa ukir lan pasir, ukir pinaka wetuning kara, pasir angelebur sehananing mala, ri madya kita awangun kahuripan, mahyun ta kita maring relepaking telapak tangan, aywa kamaduk aprikosa dening prajapatih, yan kita tan eling, moga-moga kita tan amangguh rahayu, doh panganinum, cendek tuwuh, kageringan, lan masuduk maring padutan.” Yang artinya: Ingatlah pesanku, wahai anak-anakku sekalian, di kemudian hari jagalah kelestarian gunung dan laut, gunung adalah sumber kesucian, laut tempat menghilangkan kekotoran, di tengah “dataran” melaksanakan kegiatan kehidupan, hiduplah dari hasil tanganmu sendiri, jangan sekali-kali hidup senang dari merusak Alam, kalau tidak mematuhi, kamu terkena kutuk. Tidak akan menemukan keselamatan, kekurangan bahan makanan dan minuman, umur pendek, terkena berbagai macam penyakit, dan bertengkar sesama saudara. Wejangan Leluhur dalam Bhisama Lontar Batur Kelawasan ini diformulasikan dengan kearifan lokal Sad Kerthi yang dijadikan sebagai pedoman tata cara kehidupan Masyarakat Bali yang menyatu dengan Alam beserta Isinya, untuk menjaga Alam, Manusia, dan Kebudayaan Bali secara Niskala-Sakala.
Para peserta tampak antusias mengajukan berbagai pertanyaan yang pada intinya menyampaikan kesenjangan antara harapan dan realitas yang terjadi di Bali saat ini. Seorang petani dari Kubutambahan Buleleng mempertanyakan implementasi dari paparan Wayan Koster. Ia memberikan contoh pembangunan Turyapada, apakah tidak melanggar bhisma Batur Kalawasan ? Ia juga mempertanyakan komitmen Wayan Koster menjadikan Bali sebagai Pulau Organik.
Mantan Dirut BTDC, Ir. Made Mandra, M.Sc menyampaikan kekhawatirannya bahwa Toll Gilimanuk-Mengwi akan mengundang migrasi penduduk dari Pulau Jawa jika direalisasikan seraya menyarankan kalau bisa mulai Rambut Siwi saja ke arah Timur (Badung). Perwira Duta menyampaikan keprihatinannya tentang sampah yang dibuang ke laut, kemacetan dan semakin sulitnya air bersih di Badung Selatan. Saran dari Prof. Ni Luh Kartini agar ada moratorium segala aktivitas di sekitar danau karena empat danau di Bali sudah tercemar terutama di Danau Batur dan Beratan dan terjadi pendangkalan hebat di Danau Buyan. Atas pertanyaan saran dan usulan peserta, Wayan Koster mencatat dan menyarankan agar masyarakat Bali membaca secara detail buku 100 tahun haluan Pembangunan Bali, karena semua telah ada strategi, antisipasi dan solusinya di sana. (BB)