Gede Ngurah Wididana : Negara Maju Terus Menerapkan Pertanian Organik
Rabu, 14 Agustus 2019
Baliberkarya
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com-Denpasar. Pilihan untuk menerapkan sistem pertanian organik terus menggeliat di berbagai negara di belahan dunia. Direktur Utama PT Songgo Langit Persada (PT SLP) Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M. Agr mengatakan, negara-negara maju kini kian menyadari untuk menerapkan pertanian organik, termasuk menggunakan barang bekas untuk pemberdayaan dan mengangkat citra pertanian.
“Tanaman yang merambat seperti tomat misalnya dapat ditanam dalam media yang diisi nutrisi, digantung dengan akarnya di atas akan tumbuh merambat ke bawah. Pola itu kini menjadi tren di negara-negara maju seperti Amerika, Eropa dan Jepang yang menerapkan lebih dulu,” kata Gede Ngurah Wididana yang akrab disapa Pak Oles di Denpasar, Selasa (13/8).
Alumnus Faculty Agriculture University Of The Ryukyus, Jepang yang kini memproduksi pupuk organik padat Bokashi Kotaku dan pupuk cair berbasis Effektive Microorganisme 4 (EM4) yang ramah lingkungan itu menilai, pola pertanian demikian itu menjadi daya tarik dan mendapat perhatian karena pertumbuhan tanaman berbeda dari biasanya akar di bawah tumbuh ke atas kemudian berbuah atau berbunga.
Karena itu barang-barang bekas seperti kaleng, cat, ember dan media lain bisa diisi tanah, pupuk, jenis nutrisi lain dan biji tanaman kemudian digantungkan di tembok akan tumbuh subur dan merambat ke bawah. “Keunikan dan keistimewaan yang demikian itu bisa ditiru dan diterapkan di Bali dengan harapan masyarakat dapat melakukan dengan baik guna mendukung program pertanian organik yang mulai dirintis pemerintah setempat,” ujar Pak Oles, perintis dan pakar pertanian organik di Bali.
Ayah dari dua putra dan dua putri yang mengembangkan pabrik pupuk organik Bokashi KotaKu di Desa Bantas, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan dan pabrik EM4 di Desa Bengkel, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng sejak tahun 1990 atau hampir 30 tahun silam tersebut bisa mendorong masyarakat untuk menerapkan pertanian organik secara meluas.
Pemasaran kedua jenis pupuk ramah lingkungan di seluruh Indonesia cukup menggembirakan selama enam bulan (semester I) tahun 2019 dan pihaknya memberikan apresiasi atas kinerja tim marketing di semua cabang yang ada di nusantara. Hal itu berkat kerja keras, disiplin dan dedikasi seluruh karyawan dalam memasarkan produk dan diterima konsumen.
Penerapan teknologi EM untuk pengembangan pertanian organik merupakan yang terbesar dan terbaik dari lebih 100 negara di belahan dunia dalam meningkatkan kesehatan dan kesuburan tanah. Yoshitaka Fukugauci, staf ahli penemu EM, Prof. Dr Teruo Higa dari Universitas Ryukyus, Okinawa, Jepang yang melakukan supervisi di Bali menjelaskan, semua produk EM4 dan pupuk padat yang dihasilkan pada 2018 diserap habis untuk mendukung pengembangan bidang pertanian di berbagai daerah di Indonesia. Fukugauci yang bertugas di Johor,Malaysia itu membawahi pengembangan dan produksi EM di lima negara yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Australia dan Selandia Baru.
Fukugauci yang sudah sering berkunjung ke Bali itu memuji prestasi dan semangat kebersamaan mengelola pabrik EM hingga meraih yang terbaik di Asia Pasifik dan bahkan di dunia. Terbaik dari segi mutu dan pemasaran produksi di antara lebih dari 100 negara yang menerapkan teknologi EM. "Prestasi gemilang itu berkat kemampuan mempertahankan mutu produksi EM, manfaatkan peluang pasar yang sangat luas yakni 34 provinsi, meski belum seluruh daerah di Indonesia manfaatkan produksi ramah lingkungan," katanya.
Melalui kunjungan berkala minimal tiga kali dalam setahun itu, Yoshitaka Fukugauci mengaku pihaknya dapat mengontrol mutu sebagai modal dalam memenangkan persaingan merebut pasar. Ia mengharapkan pengelola dan karyawan Pabrik EM di Bali menjalin kerja sama untuk kelangsungan produksi EM jangka panjang, terutama distribusi pemasaran. Indonesia dan Malaysia umumnya mengembangkan EM untuk sektor pertanian, perikanan dan peternakan. (BB)