Cek Rekam Jejak Paslon, Dhamantra: Jangan Pilih Pemimpin "Moral Hazard"
Minggu, 17 Juni 2018
berbagai sumber
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com-Denpasar. Pemimpin yang dipilih harus dihindari yaitu "Moral Hazard"nya. Moral hazard (kehancuran moral) itu mengarah pada kepentingan kelompok, kepentingan pribadi yang tidak bisa dibendung.
BACA JUGA : Rai Mantra 'Apresiasi Dukungan' Dewa Budjana, Hadir Ke Bali Demi 'Festival Salam 2 Jari'
Sehingga pemilihan tujuan itu kalau dikatakan Presiden Soekarno adalah "Jembatan Emas" tidak bisa tercapai akibat pemimpin yang miliki moral hazard.
"Moral hazard ini yang mesti dijaga dan dihindari. Bahkan Presiden Joko Widodo buat yang namanya revolusi mental. Tujuannya agar tidak ada moral hazard di kalangan pemimpin," ujar Anggota DPR RI Fraksi PDIP, I Nyoman Dhamantra di Denpasar, Minggu (17/6/2018).
Persoalan mendasar menurut Dhamantra ada di 'moral hazard' pemimpin, apalagi di Bali dengan adanya sistem kekerabatan yang begitu kental sangat mudah mengidentifikasi apakah pemimpin ataupun calon pemimpin memiliki 'moral hazard' atau tidak.
"Yang harus diingat masyarakat tidak ada yang bisa lari atau lepas dari masa lalu, kalau mau bicara kualitas," katanya mengingatkan.
Bahkan Dhamantra mengilustrasikan dirinya, karena kentalnya sistem kekerabatan orang tahu siapa dirinya, layak apa tidak jadi pemimpin.
"Ketika anda tanya saya di banjar-banjar siapa Nyoman Dhamantra, otomatis orang akan membuka file saya dengan sendirinya," sebutnya.
Namun ia menyayangkan dalam memilih pemimpin rakyat jarang menggunakan rekam jejak si calon pemimpin. Meskipun diakui ada juga yang memiliki 'moral hazard' bertobat tapi berapa persen itu terjadi.
"Tanya aja calon pemimpin itu dilingkungannya layakkah ia jadi pemimpin, sudah berbuat apa, dan bagaimana. Ini yang harus dicari tahu, jangan hanya mendengar nyanyiannya atau bantuannya," ucap Dhamantra dengan mimik serius.
Referensi yang paling mudah diberikan kepada rakyat yaitu soal 'moral hazard' itu tadi, tapi masalahnya rakyat tidak pernah mau tanya soal itu, padahal rasionalitas pemilih itu sangat mudah dikenali melalui 'moral hazard' calon pemimpinnya.
"Jangan sampai kasih bantuan kesana kemari sampai jauh-jauh, tapi ketika tetangganya satu banjar sakit pernah dijenguk atau dikasih obat," tegasnya sembari berujar rekam jejak calon pemimpin itu tidak bisa dibohongi. (BB).