Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

JL. Patih Nambi XII No.5, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara

Call:081353114888

redaksi@baliberkarya.com

Sumber Air di Bali "Kritis", Tata Ruang Harus Pertimbangkan 'Sekala Niskala' demi Pe

Rabu, 16 Oktober 2019

Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

ist

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Badung. Sumber air di Pulau Bali makin tahun makin kritis dan mengkawatirkan. Hal itu akibat penggunaan air di sektor pariwisata dalam sehari bisa mencapai belasan juta liter dan diperparah banyaknya perusahaan yang memanfaatkan sumber air di Bali untuk mengeruk keuntungan pribadi dan kepentingan bisnisnya.
 
 
Untuk membahas dan mencari solusi terkait sumber air dan ketersediaan air di Bali, Suksma Bali menggelar simposium yang mengangkat tema “Menyelamatkan dan Menjaga Keberlangsungan Air Bali” yang akan digelar pada Kamis (17/10/2019) di Wiswa Sabha Kantor Gubernur Bali.
 
Ketua Bali Organic Association (BOA) Bali Dr. Ni Luh Kartini dalam press confrence Simposium Suksma Bali 2019 menyatakan tata ruang menjadi kunci utama penyelamatan air dan pangan. Untuk itu, penggunaan tata ruang harus bijaksana dengan mempertimbangkan unsur sekala dan niskala.
 
"Jangan obrak abrik gunung dan laut, sebab kita berada dan hidup di antara keduanya," tegas Kartini.
 
Menurut Kartini, ke depan air akan makin terbatas dan penggunaannya makin tinggi, sementara ketersediaan sumber air sangat terbatas. Disatu sisi, Bali hanya memiliki empat tower (danau) sebagai sumber air yakni Danau Batur, Buyan, Tamblingan dan Danau Beratan ditengah kondisi sumber air di Bali ini mulai terganggu. 
 
 
"Danau Batur mengalami kerusakan cukup parah akibat terjadinya sedimentasi dan masuknya sampah plastik yang mencemari danau," ucap Dosen Unud ini.
 
Untuk itu, menurutnya segala upaya penyelamatan sumber air termasuk pemanfaatan yang lebih efisien perlu dilakukan secara bersama-sama. Bali harus dikelola dalam satu ekosistem dan penegakan hukum juga penting agar tidak terjadi pelanggaran yang merusak alam.
 
"Hutan dan penggunaan tata ruang untuk bangunan seharusnya minimal 30 persen. Demikian juga KDB (Koefisien Dasar Bangunan) setidaknya 40 persen, sehingga bisa membantu menjaga ketersediaan air dalam tanah," harapnya.
 
 
Dalam kesempatan yang sama, Agus Yoga Iswara, BBA., BBM., MM., CHA selaku President Director Global Hospitality Expert mengungkapkan penggunaan air di sektor pariwisata dalam sehari bisa mencapai belasan juta liter. Hal itu jika asumsinya ada 130 ribu kamar hotel dengan tingkat hunian 60 persen, dimana setiap turis memakai air 90 liter per hari.
 
Berdasarkan data, ketersediaan air saat ini 101,23 m3/detik. Sementara kebutuhan air 119m3/detik, sedangkan potensi yang ada sekitar 216 m3/detik. Melihat tingginya penggunaan air, Yoga Iswara berharap selain upaya penghematan, menjaga sumber air yang ada, serta yang tak kalah penting adalah memanfaatkan limpahan air hujan yang begitu tinggi setiap tahunnya.
 
 
“Selama ini air hujan hilang begitu saja menuju laut. Padahal kalau ini bisa dimanfaatkan akan sangat membantu mengatasi kekurangan air saat ini. Seperti dengan membangun kantong-kantong air," terang Yoga Iswara didampingi Ketua IGAN Darma Suyasa,CHA.
 
Salah satu GM Hotel di Tuban Made Ramia Adnyana mengatakan tingginya penggunaan air juga akibat banyaknya perusahaan yang memanfaatkan sumber-sumber air untuk kepentingan bisnisnya. 
 
 
"Saya lihat bukan hanya di pariwisata, industri lainnya juga ikut menyedot sumber-sumber air yang sudah semakin menipis ini," sentilnya.
 
Sementara itu, Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Bali dan Nusa Tenggara Rizalluzaman mengatakan sumber-sumber air yang ada baik air permukaan, air tanah banyak mengalami masalah seperti pencemaran sehingga ke depan penting dijaga keseimbangannya.(BB).


Berita Terkini