Terungkap, Hal Mendasar "Gurita Raksasa" Jadi Maskot Berawa Beach Arts Festival 2019
Selasa, 21 Mei 2019
berbagai sumber
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com-Badung. Berawa Beach Arts Festival (BBAF) 2019 menghadirkan konsep baru pemecahan rekor Muri dengan membuat karya seni unik berupa Gurita raksasa sebagai maskot sekaligus panggung Berawa Beach Arts Festival yang berlangsung mulai 23-26 Mei 2019. Event kali ini berbeda dengan even 2018 yang memecahkan rekor Muri dengan sajian Cak Konser Kolosal 5.555 siswa SMU dan SMK Se-Kabupaten Badung.
Menurut Ketua Panitia, I Made Dwijantara, yang dihadiri Sekretaris Dinas Pariwisata Badung, AA Yuyun Hanura Eny, Camat Kuta Utara, AA. Arimbawa, serta Direktur Artistik Berawa Beach Art Festival, Ketut Putrayasa pada acara Jumpa pers di lokasi festival, Selasa sore (21/5), festival kesenian masyarakat pesisir yang bertema Pasisi Lango “Deep Blue Spirit”.
"Digelar dengan tujuan mengangkat nilai-nilai terutama di Desa Tibubeneng dan sekitarnya di kawasan Kuta Utara. Kehidupan nelayan di desa ini telah lama menjadi penyangga konsumsi ikan masyarakat Bali ternyata memiliki kearifan tersendiri," jelasnya.
Pihaknya berusaha membuat terobosan baru dibalik sensasi Muri dengan kategori kolosal (superlatif) yang semakin manjadi ‘latah’ belakangan ini.
"Kami menghadirkan konsep baru yaitu memecahkan rekor Muri dengan kategori yang lain yaitu, karya seni unik dan gigantik/terbesar dengan membuat karya instalasi gigantik yang mengangkat binatang laut Gurita," ungkapnya.
Gurita raksasa yang menjadi maskot event di kawasan Pantai Berawa Pura Perancak Desa Tibubeneng, berukuran tinggi sekitar 20 meter dengan panjang 300 meter. Proses pembuatan karya ini memakan waktu selama sekitar satu bulan dengan melibatkan sedikitnya 50 orang per hari.
Adapun makna gurita itu sendiri, menurut Direktur Artistik Berawa Beach Art Festival, Ketut Putrayasa, gurita secara artistik mempunyai bentuk paling berbeda dari biota laut lainnya.
"Makanya, kita memilih gurita. di samping gurita itu adalah makhluk cerdas, juga ada hubungan dengan pemerintah. Seperti sistemnya sudah menggurita," terangnya.
Selain itu, gurita itu hanya metafora, yang memberikan makna bahwa sebenarnya laut memiliki potensi besar yang perlu diangkat ke depannya. Selama ini kebudayaan pesisir terlupakan, semenjak kerajaan Sriwijaya runtuh, kedatangan para kolonial justru semua perababan yang ada di nusantara bertumpunya di daratan.
"Hal ini supaya tidak terlupakan. Padahal kalau dilihat dari sejarah, kebudayaan berawal dari pesisir, termasuk dulu antar wilayah melalui jalur laut," tuturnya.
Adapun ukuran instalasi gurita itu tingginya 20 meter dengan panjang 300 meter yang membentang di pesisir pantai. Bahan yang digunakan pun dari anyaman bambu karena elastis dan juga dinamis.
“Anyaman bambu ini kita datangkan dari Gianyar. Bahkan kini sudah menghabiskan puluhan ribu bambu," katanya.
Proses pembuatan karya ini pun sudah dari satu bulan lalu dimana satu minggu dikerjakan di indoor (di bengkel) dalam pembuatan rangka dan tiga minggu dikerjakan langsung di outdoor atau Pantai Berawa.
"Karya ini sejatinya bisa menjadi wacana global dalam dunia seni rupa. Potensi laut selama ini terlupakan," tegasnya.
Dengan datangnya gurita raksasa ke pesisir yang tujuannya untuk mengingatkan akan pentingnya menjaga kelestarian laut, dengan keunikannya itulah yang menjadikan Berawa Beach Arts Festival yang ke 2 tahun ini mengangkat Gurita sebagai simbol untuk merepresentasikan spirit kesadaran dari dalam lautan (Deep Blue Spirit).
Konsep tema Berawa Beach Arts Festival diterjemahkan ke dalam kehadiran Gurita Raksasa yang memenuhi areal Pura Perancak yang menjadi lokasi pelaksanaan festival. Kehadiran Gurita gigantik pada bagian kepalanya akan menjadi bagian dari panggung utama, tentakel-tentakelnya menjadi bagian dari stand-stand boot festival, area parkir dan lainnya.
Terlebih, gurita yang menjadi brand simbolik dari even Berawa Beach Art Festival sangat melekat dengan kehidupan masyarakat Tibubeneng di pesisir Pantai Berawa, dimana binatang laut ini dapat diolah menjadi hidangan lezat seperti lawar, sate dan sebagainya.
Sementara itu, kali ini penyelengaraan Berawa Beach Art Festival yang mendapat dana sekitar Rp 1,290 milyar dari Pemkab Badung melalui Dinas Pariwisata diharapkan tidak hanya menjadi ajang kreativitas para seniman, tetapi juga ruang kreativitas kolektif yang melibatkan masyarakat sekitar.
"Seperti halnya pada pelaksanaan BBAF pertama tahun 2018 juga menghadirkan pameran seni rupa seni lukis dan patung, sajian pertunjukan tari tradisi dan kontemporer serta dimeriahkan dengan band-band lokal," tututpnya.(BB).
Berita Terkini
Berita Terkini
Arah Kade! Kebijakan Aneh, Kantin Sekolah Jadi Mesin Uang Pemkab
11 Januari 2025
Pemkot Denpasar Imbau Warga Beli LPG 3 Kg di Pangkalan Resmi
10 Januari 2025