Viral Pemkab Bangli Mulai Terapkan Satu Hari Tanpa Nasi
Kamis, 18 April 2019
Andy Karyasa Wayan
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com-Bangli. Hingga saat ini masih banyak masyarakat kurang mampu yang membutuhkan uluran tangan untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tidak terjangkaunya kebutuhan pokok yakni beras membuat masyarakat kurang mampu merasa berat untuk membelinya sendiri.
Seperti yang dirasakan Nenek Watin dan Nenek Srinangi yang tinggal hanya berdua di Banjar Kebon, Desa Peninjoan, Tembuku Bangli. Ini menjadi salah satu potret masih banyaknya masyarakat yang merasa berat dengan harga beli beras di Kabupaten Bangli yang memang tidak pernah mampu meraih swasembada beras.
Mengatasi kondisi ini Pemkab Bangli pun menghimbau kepada ASN di lingkungan Pemkab Bangli untuk mengikuti gerakan sehari tanpa nasi. Gerakan tersebut menjadi trobosan Pemkab Bangli untuk menekan stabilitas harga beras di pasaran sehingga masih dapat dijangkau masyarakat luas.
Himbauan yang disebarkan melalui surat edaran Bupati Bangli No 500/3101/ekonomi tertanggal 8 April 2019 tersebut mulai dilaksanakan Kamis (18/4/2019). Program yang ditujukan kepada para ASN di lingkungan Pemkab Bangli ini disebutkan agar setiap hari Kamis tidak mengkonsumsi nasi selama satu hari.
Penerapan yang dilakukan setiap hari Kamis itu pun meminta kepada ASN untuk mulai mengganti nasi dengan bahan karbohidrat lainnya sebagai bahan pokok. Program one day no rice ini baru pertama kali dilaksanakan di Bali yang masyarakatnya menjadikan nasi sebagai bahan makanan pokok. Program yang hanya diterapkan di lingkungan Pemkab Bangli ini pun menuai pro kontra mengingat banyak ASN yang tak bisa menerapkannya.
Pada hari pertama penerapan sehari tanpa nasi, himbauan ini ternyata tidak bisa diikuti oleh seluruh pegawai di lingkungan Pemkab Bangli. Salah satu ASN di lingkungan Pemkab Bangli yang tidak mau namanya disebutkan mengaku belum bisa menerapkan himbauan tersebut karena tidak bisa terlepas dari nasi.
“Kalau tidak makan nasi saya jadi lemas. Tadi sudah coba sarapan ubi rebus tapi tetap lapar,” ujar pria yang mengaku terbiasa makan nasi baik saat sarapan, makan siang hingga makan malam.
Kebiasan para ASN untuk mengkonsumsi nasi ini pun membuat himbauan gerakan sehari tanpa nasi itu pun menjadi tidak berjalan sesuai dengan harapan. Meski begitu, himbauan yang sudah diterbitkan dengan surat edaran ini akan tetap diterapkan setiap hari Kamis. Bahkan akan merubah jenis konsumsi yang diberikan saat ada acara Pemkab Bangli di hari Kamis.
Sementara dikutip dari Nusabali.com Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (PKP) Bangli, I Wayan Sukartana, mengatakan gerakan ini untuk menjaga stabilitas harga beras dan terkendalinya harga barang kebutuhan pokok di Bangli. Sebab luas lahan sawah di Bangli relatif sedikit dan Bangli belum pernah swasembada beras.
“Jika dikombinasikan hasil pertanian beras dan umbi-umbian Bangli bisa surplus, namun untuk swasembada beras belum terpenuhi,” terang Sukartana.
Dengan dilaksanakan gerakan one day no rice diharapkan mampu mengangkat komoditi lainnya. Sukartana mencontohkan, dalam sehari di satu kepala keluarga (KK) bisa hemat 1 kilogram, dikalikan sekian minggu dan sekian kepala keluarga, tentunya penggunaan beras akan dapat ditekan dalam jumlah banyak.
Di sisi lain, untuk kesehatan kandungan gula dalam beras lebih tinggi dibandingkan umbi-umbian. “Kalau jaman dulu masyarakat lebih dominan mengkonsumsi umbi-umbian. Memang seiring waktu beras menjadi kebutuhan paling utama,” sebutnya.
Sukartana tidak memungkiri akan cukup sulit membiasakan diri tanpa menkonsumsi beras (nasi), namun gerakan ini bisa dilakukan secara perlahan. Buat sementara gerakan ini diawali dari ASN di lingkungan Pemkab Bangli, harapannya para ASN bisa menjadi contoh di masyarakat.
“Surat edaran bupati tentang one day no rice ini akan dilanjutkan ke tingkat desa melalui perbekel, diteruskan melalui kepala dusun dan sampai akhirnya di masing-masing pekarangan. Kami yakin perlahan ini akan menjadi kebiasaan,” tukasnya.
Terkait Bangli tak pernah swasembada beras, dikarenakan beberapa faktor. Salah satunya di Bangli belum ada ketegasan dalam pola tanam. Dalam setahun idealnya dua kali menanam padi dan sekali palawija.
“Ini tidak terlepas ada pasokan air untuk mengaliri subak,” ujarnya. Apalagi tahun ini ratusan hektare sawah tidak ditanami padi, imbasnya produksi beras semakin menurun. “Beberapa subak terancam tidak bisa menanam padi akibat di beberapa titik saluran irigasi rusak akibat bencana,” ungkapnya. Diharapkan gerakan one day no rice bisa efektif dan tentunya Bangli tidak kekurangan beras. (BB/Nusa Bali)
Berita Terkini
Berita Terkini
Arah Kade! Kebijakan Aneh, Kantin Sekolah Jadi Mesin Uang Pemkab
11 Januari 2025
Pemkot Denpasar Imbau Warga Beli LPG 3 Kg di Pangkalan Resmi
10 Januari 2025
Audiensi Bersama Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan
10 Januari 2025