Gede Ngurah Wididana : Kader Politik Mengeluh Ketiadaan Modal
Rabu, 20 Februari 2019
baliberkarya
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com-Denpasar. Calon Legislatif DPR RI dari Partai Demokrat, Gede Ngurah Wididana menegaskan banyak kader lintas partai politik mengeluh dalam berjuang menjadi wakil rakyat karena ketiadaan uang dan modal.
“Ketiadaan uang dan modal sebenarnya tidak terlalu berpengaruh. Yang lebih dominan disebabkan oleh yang bersangkutan tidak dikenal masyarakat luas. Investasinya kurang karena dalam bidang politik harus memiliki suatu nama, kepercayaan, keberanian serta uang,” kata Gede Ngurah Wididana yang akrab disapa Pak Oles di Denpasar.
Pengusaha sukses yang bergerak dalam bidang obat-obatan tradisional itu menilai, caleg-caleg yang tidak mempunyai visi dan uang pada pemilihan umum 2019 pasti gagal. Meski ada yang berhasil misalnya dengan “membeli suara”.
Untuk mempertahankan itu harus miliki kepercayaan publik sehingga mungkin di tengah jalan kena kasus, misalnya kasus perempuan, kasus hukum, kasus narkoba itu karena pijakan kader bersangkutan memang kurang kuat.
Wididana yang baru saja meraih gelar doktor dengan predikat Cum laude menegaskan, bisa saja kader tersebut terjerumus ke dalam lembah kelam, yakni penyalahgunaan narkoba karena ada jebakan.
“Kader yang tidak mempunyai visi yang terjebak itu pasti jatuh. Hal itu berbeda dengan kader yang memiliki visi. Kalau jatuh, kader politik tersebut bisa cepat bangun untuk mengatasi sebuah persoalan yang dihadapinya,” ujar Pak Oles yang kini tengah sibuk menyapa dan mendatangi masa pendukungnya di seantero Bali.
Ia menjelaskan, Soekarno dulu waktu jadi pemimpin tidak mempunyai uang. Demikian juga Hatta, namun mereka mempunyai visi dan keberanian untuk menggerakkan orang guna membuat suatu perubahan besar dari bangsa terjajah menjadi merdeka.
Hal itu termasuk gagasan gila karena berani mati, mati ditembak, dipenjara seumur hidup serta memiliki satu visi kita harus mampu berdikari dan berani melawan penindasan penjajah.
Namun sekarang tanpa memiliki visi dan modal mencoba “berjudi” dalam bidang politik, dipredeksi kemungkinan berhasil sepuluh berbanding dua (10:2). Artinya kemungkinan gagalnya tinggi sekali. “Politikus yang memiliki visi, gagal maupun berhasil akan terus bekerja. Mewujudkan visinya dengan cara lain, konsistensi,” ujar Gede Ngurah Wididana .
Wididana yang Selasa (19/2) berhasil mempertahankan disertasi Kepemimpinan Seva Niti atau konsep pelayanan dalam ajaran Agama Hindu Gubernur Bali, Made Mangku Pastika periode 2008-2018. "Seva Niti belum banyak dipahami masyarakat, tetapi dengan diteliti lebih mendalam akan mudah dipahami dan dipraktikkan masyarakat luas dan calon-calon pemimpin," tegas pioner produk Effective Microorganism di Indonesia pada Ujian Terbuka Promosi Doktor Ilmu Agamanya di IHDN Denpasar.
Untuk data sekunder didapatkan dari dokumentasi, arsip-arsip dan buku-buku yang berkaitan dengan objek material. Data sekunder juga didapat melalui wawancara responden melalui metode snowball sampling atau pengambilan sampel beruntun. Sesuai penelitian yang dilakukan, ternyata konsep-konsep kepemimpinan Pastika selama 10 tahun menjabat Gubernur Bali secara tidak langsung menerapkan konsep "Seva Niti".
Dia mencontohkan penerapan konsep "Seva Niti" yang dilakukan Pastika diantaranya dapat dilihat dari kepemimpinannya yang visioner, bekerja berlandaskan dharma (kebenaran), bagaimana pemimpin-pemimpin baru melalui pendirian sekolah unggulan dan upaya pemerintah dalam memutus rantai kemiskinan.
Hal tersebut kemudian diimplementasikan melalui sejumlah program unggulan yakni bedah rumah, sistem pertanian terintegrasi (Simantri), beasiswa pendidikan hingga pendirian SMAN/SMKN Bali Mandara, program Gerbangsadu, Jaminan Kesehatan Bali Mandara dan sebagainya. (BB)
Berita Terkini
Berita Terkini
Arah Kade! Kebijakan Aneh, Kantin Sekolah Jadi Mesin Uang Pemkab
11 Januari 2025
Pemkot Denpasar Imbau Warga Beli LPG 3 Kg di Pangkalan Resmi
10 Januari 2025