Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

JL. Patih Nambi XII No.5, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara

Call:081353114888

redaksi@baliberkarya.com

Santer Berembus, Kekalahan Puspayoga 'Akan Pengaruhi' Pilgub Bali 2018

Minggu, 10 Juni 2018

Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

ilustrasi

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Waktu pencoblosan Pilgub Bali Rabu (27/6/2018) tinggal menghitung hari. Menjelang hari penentuan tersebut, desas-desus seputar Pilgub 2013 pun mulai menghangat. 
 
 
Salah satunya adalah kemenangan tipis 996 suara Mangku Pastika- I Ketut Sudikerta (Pasti Kerta) dari Anak Agung Puspayoga-Dewa Sukrawan (PAS). Hasil pleno KPUD tingkat kabupaten se-Bali, Kamis (23/5/2013) kala itu mengumumkan jumlah total perhitungan suara PAS sebesar 1.062.738 (49,98 persen).
 
Sementara suara Pasti Kerta meraih 1.063.734 (50,02 persen). Kabarnya, banyak pihak menilai kekalahan Puspayoga lima tahun silam dipicu "permainan" elit PDIP Bali. 
 
"Kita tidak boleh menduga ada penggembosan suara. Tapi dari posisi kemenangan Pak Mangku di Buleleng dengan kekuatan kekuasaan Koster yang waktu itu mendapatkan suara terbesar (260.342 suara) untuk DPR RI indikasi itu ada. Kalau maksimal dia (Koster), untuk pemilihnya saja itu sudah berapa memberikan suara?,” kata I Made Arjaya salah satu kader PDIP kepada beberapa awak media belum lama ini. 
 
Anehnya, PAS terangnya kalah telak di Buleleng yakni hanya meraup suara 127,764 suara (36,66 persen) berbanding 220,702 suara (63,34 persen) milik Pasti Kerta. Mirisnya, suara PAS jauh di bawah perolehan suara Wayan Koster seorang diri saat melenggang untuk kali ketiga ke DPR RI, yakni 260.342 suara. 
 
"Kalau memang Koster bekerja, Pak Mangku mustahil menang di atas 55 persen di Buleleng," terang putra tokoh militan "PDIP Murni" asal Sanur (alm) I Nyoman Lepug tersebut. 
 
 
Berdasarkan data tersebut, Arjaya mengaku jagoan PDIP juga "keok" di Badung dan Klungkung. Namun, tegasnya kekalahan di Buleleng yang paling tak terduga lantaran Koster merupakan orang asli Bumi Panji Sakti. 
 
Menurutnya, Koster juga peraih suara terbanyak nomor 3 di Indonesia kala itu. Fakta inilah terangnya yang menimbulkan sejumlah spekulasi. Salah satunya Koster sengaja membiarkan Puspayoga kalah  sehingga bisa mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur Bali 2018. 
 
 
Arjaya mengaku, Bupati Klungkung Wayan Candra yang di TPS-nya sendiri tak bisa memenangkan jagoan PDIP lima tahun silam juga disebut ikut "bermain". Pasti Kerta menang atas PAS dengan angka 13.653 berbanding 8.999 suara. 
 
Ironisnya, secara total PAS, yakni 38.985 suara kalah dengan suara pemilih golput di "Bumi Serombotan" itu yakni 46.133 suara (21.568 suara pemilih pria dan 24.535 wanita). 
 
"Bila menang atau minimal suara Buleleng dan Klungkung bertambah atau Koster mau menyerahkan suaranya sendiri kepada PAS saat itu tentu mustahil bagi Mangku Pastika terpilih untuk keduanya kalinya sebagai gubernur,” tegasnya. 
 
Lebih lanjut, Made Arjaya memandang jika kekalahan PDIP tahun 2013 silam juga tak bisa dilepaskan dari beberapa faksi yang berebut pengaruh dan wewenang dalam tubuh partai dibawah kendali Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarno Putri itu. Seluruhnya disebut berambisi menjadi menjadi Ketua DPD PDIP Bali. 
 
"Saat itu (2013), Puspayoga yang menjadi kandidat calon Gubernur Bali. Ketua DPD saat itu Cok Rat. Bagaimana ketua DPD berikutnya itu dilengserkan kalau umpamanya Puspayoga menang? Kan susah. Kalau Puspayoga menjadi gubernur secara otomatis, maka akan menjadi Ketua DPD PDIP," ulas Arjaya seraya menyebut peluang yang lain secara otomatis juga tertutup. 
 
Kondisi perebutan tampuk kekuasaan itu jelasnya akhirnya berimbas pada selera dan semangat mengegolkan Puspayoga sebagai Gubernur Bali. "Mereka akhirnya mengerem untuk bekerja. Itu ada," jelasnya. 
 
 
Polemik kepentingan kala itu terang Arjaya juga merembet pada perolehan suara PDIP di Tabanan dan Badung. "Artinya apa? Saya selaku pengamat mewakili masyarakat menilai ada kondisi penggembosan (suara,) di internal PDIP," terangnya.
 
Baginya, dengan komposisi 7 bupati dari PDIP seharusnya kata kalah sangat mustahil terjadi. Kepada wartawan, Arjaya menegaskan sejarah lima tahun silam akan berimplikasi pada Pilgub Bali 2018. 
 
"Itung-itungannya begitu kalau semuanya bekerja. Kekalahan Puspayoga lima tahun lalu akan berpengaruh signifikan terhadap pertarungan Koster dan Gus Rai sekarang," tutupnya.(BB).


Berita Terkini