Garam Langka dan Mahal, Pengusaha Pindang Ikan di Jembrana Mengeluh
Jumat, 28 Juli 2017
Baliberkarya.com
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com-Jembrana. Harga garam belakangan ini melambung tinggi serta sulit di cari di Jembrana.
Mahalnya harga garam membuat para pengusaha pindang ikan di Jembrana mengeluh, sementara harga pindang tidak berubah.
Sejumlah pengusaha pindang ikan dari Desa Yeh Kuning, Jembrana, Jumat (28/7) mengatakan meskipun harga garam cukup tinggi namun mereka berusaha bertahan.
Produksi mereka juga berkurang akibat garam langka sejak sebulan ini. Mereka terpaksa mengurangi produksi pindang ikan tiap harinya dari dua kwintal menjadi satu kwintal.
BACA JUGA:
Kondisi ini juga menjadi dilema bagi pengusaha pindang ikan di Jembrana. Ditengah ramainya permintaan pindang ikan dari masyarakat yang mencapai lebih dari 3 kwintal sehari.
Walau harga garam melonjak dari Rp 1.200 per kilogram menjadi Rp 5000 per kilogram, namun pengusaha pindang ikan mengaku tidak serta menaikkan harga pindang ikan yang dijual.
Sampai saat ini harga pindang ikan masih dijual dengan harga Rp 4000 sampai Rp 5000 per ekor atau Rp 22 ribu per kilogram.
Di tengah melonjaknya harga garam saat ini, mereka mengaku kesulitan menaikkan harga pindang ikan lantaran takut ditinggal pembeli atau pelanggan.
Jero Made Yasmin dan suaminya Dewa Komang Alit Nuarta mengatakan memulai usaha membuat pindang ikan sejak tahun 2005 lalu. Dulu katanya bisa produksi sampai 5 kwintal sehari namun kini sudah menurun jadi 3 kwintal.
"Kadang selain jualan pindang ikan juga jualan ikan segar," jelasnya.
Biasanya mereka berjualan di Pasar Pekutatan setiap pagi. Omset dari berjualan pindang ikan dan ikan segar Rp 400 ribu sehari.
Untuk menyikapi mahalnya harga garam katanya pihaknya memanfaatkan garam seefisien mungkin tanpa harus mengurangi penggunaan garam saat membuat pindang.
"Kalau garam kurang ikan pindang tidak mantap, kalau kelebihan nanti asin. Jadi sedang-sedang saja yang penting kita masih ada keuntungan meski sangat tipis," jelas Jero Made Yasmin.
Sementara Wayan Sukerta pembuat pindang lainnya mengaku sampai berhenti membuat pindang karena tidak ada garam.
"Sulit mencari garam karena di warung-warung tidak ada. Ini sudah satu bulan tidak ada," jelasnya.
Tiap hari pembuat pindang ikan ini rata-rata menghabiskan 10 kilogram garam untuk 1,5 kwintal ikan yang dibuat pindang.
Ayu Ketut Suati anggota Kelompok Buana Merta yang usaha dalam pembuatan pindang juga mengeluhkan hal yang sama. Dia terpaksa menurunkan produksi dari 2 kwintal menjadi 1 kwintal. Dia berharap garam kembali mudah didapatkan dan bisa lebih murah.
"Kalau kami biasanya dibawakan garam ke sini karena ada agennya," jelasnya.
Sementara itu jika kelangkaan garam sebagai bahan pembuat pindang ikan terus berlanjut, mereka mengaku khawatir akan gulung tikar lantaran sulitnya mencari garam.
Pengusaha pindang ikan berharap ada tindakan nyata dari pemerintah untuk kembali menstabilkan harga dan pasokan garam ke masyarakat.(BB)
Berita Terkini
Berita Terkini
Arah Kade! Kebijakan Aneh, Kantin Sekolah Jadi Mesin Uang Pemkab
11 Januari 2025
Pemkot Denpasar Imbau Warga Beli LPG 3 Kg di Pangkalan Resmi
10 Januari 2025
Audiensi Bersama Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan
10 Januari 2025