Inilah Cara dan Strategi Perangi Aksi Terorisme di Indonesia
Senin, 07 November 2016
Ilustrasi
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com - Badung. Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengutarakan berbagai strategi yang telah dilakukan oleh Indonesia untuk memberantas tindak pidana terorisme. Hal itu diutarakan oleh Wapres JK saat memberi sambutan pembukaan Sidang Umum Interpol ke-58 di Nusa Dua, Bali.
Menurut JK, terorisme terus mengalami perkembangan dan kini menjadi tantangan terbesar bagi dunia. JK mengaku upaya menyebarkan nilai-nilai toleransi juga terus digencarkan.
"Indonesia berkomitmen mendorong pendekatan sotf power, pendekatan budaya dan agama, di samping melakukan penegakan hard power," ucap JK di hadapan ratusan delegasi Sidang Umum Interpol ke-58 di Nusa Dua, Bali, Senin (7/11/2016).
"Diiringi dengan upaya penyebaran nilai-nilai toleransi, termasuk oleh para pemimpin dunia. Indonesia siap berkontribusi menyebarkan nilai-nilai toleransi," imbuhnya.
JK mengakui Indonesia menjadi laboratorium hidup di mana Islam, demokrasi dan toleransi dapat berjalan beriringan. Secara internal, Pemerintah Indonesia terus dengan gencar mencegah aksi terorisme dan radikalisasi.
"Kampanye terhadap itu melibatkan ulama besar melalui berbagai media. Pendampingan para mantan napi terorisme serta pemblokiran situs-situs propaganda kelompok radikal juga dilakukan," ungkapnya.
JK juga memberi perhatian kepada kejahatan terorganisir yang terus berkembang di beberapa belahan dunia. Kejahatan tersebut seperti perdagangan narkoba, perdagangan manusia, perjudian, perdagangan gelap senjata, terorisme, korupsi, kejahatan di bidang perbankan, pencucian uang, kejahatan terhadap lingkungan dan lainnya.
"Kejahatan ini melibatkan modal besar serta mengindikasikan adanya penyalahgunaan kekuasaan dari berbagai pihak," tegas JK.
JK menilai selama 100 tahun terakhir, kerja sama di antara penegak hukum, terutama kepolisian internasional telah menjadi lebih kuat. Pada saat sama, tindakan kejahatan semakin melampaui batas negara dan berkembang secara signifikan.
"Sementara teknologi dan peralatan kepolisian masih terbatas untuk beberapa negara tertentu. Oleh karena itu Nasional Central Biro telah menjadi urat nadi Interpol," terangnya.
Saat ini, kata JK, perkembangan teknologi dan informasi mengalami perkembangan pesat. Hal itu memicu kejahatan dunia maya atau lebih dikenal cyber crime. Termasuk di dalamnya kejahatan penipuan, lelang online, pemalsuan cek, penipuan kartu kredit, penipuan identitas, pornografi anak dan lainnya.
"Sudah saatnya kita memerangi kejahatan cyber dengan lebih intens dan butuh gerakan global," pungkas JK. (BB).
Berita Terkini
Berita Terkini
Arah Kade! Kebijakan Aneh, Kantin Sekolah Jadi Mesin Uang Pemkab
11 Januari 2025
Pemkot Denpasar Imbau Warga Beli LPG 3 Kg di Pangkalan Resmi
10 Januari 2025