Unggah di Facebook Bantuan Bibit Babi Warga Telah Mati, Pihak Desa Bela Diri
Selasa, 10 Desember 2019
Baliberkarya
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com-Jembrana. Bantuan dari pemerintah Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, Jembrana berupa bibit babi untuk delapan kelompok ternak di desa tersebut ternyata bermasalah. Penyebabnya ada beberapa bibit babi mati tanpa sebab. Diduga, bibit babi tersebut mati karena belum layak dipelihara atau belum lepas menyusu dari induknya.
Informasi yang berhasil dihimpun menyebutkan, Pemerintah Desa Manistutu, Melaya tahun 2019 menurunkan bantuan berupa bibit babi kepada masyarat setempat yang tergabung dalam delapan kelompok ternak dengan anggaran Rp 112 juta bersumber dari dana desa.
Masing-masing kelompok mendapatkan 20 ekor bibit babi dengan harga Rp 800 ribu per ekornya dipotong pajak sebesar 11,5 persen. Proyek dengan sistim swakelola ini dilaksanakan oleh PPK (Petugas Pelaksana Kegiatan) desa.
Namun tanpa keterbukaan, 140 ekor bibit babi lendris tersebut tiba-tiba sudah datang ke desa dan langsung dibagikan kepada masyarakat penerima pada 26 Nopember 2019 lalu. Baru beberapa minggu dipelihara beberapa bibit babi tersebut mati. Informasi warga bahkan matinya mencapai puluhan.
“Bibitnya belum layak dipelihara. Itu bibit babi yang dibagikan masih menyusu di induknya sehingga banyak mati. Bibitnya juga kecil-kecil, paling harganya perekor antara empat ratus sampai lima ratus ribu rupiah. Padahal anggaran perekornya delapan ratus ribu rupiah,” ujar salah seorang warga yang mengaku bibit babi yang diterimanya mati, Selasa (10/12/2019).
Bahkan lantaran kecewa dengan bantuan yang diduga disunat oknum tersebut, salah seorang warga penerima bantuan mengunggah peristiwa tersebut ke media sosial facebook (fb) pada akun Benny Permana.
Dalam unggahan yang menyertakan foto bibit babi mati, Benny Permana menyampaikan kekesalannya bahwa program bansos dari desa dinilai tidak layak dan ada oknum yang diduga menyunat bantuan tersebut, sehingga bantuan desa tidak bermanfaat bagi warga. Belakangan unggahan tersebut dihapus setelah banyak mendapat tanggapan dari para netizen.
Terkait masalah tersebut, mantan PJ Perbekel Manistutu I Gede Arya Widiarta didampingi Sekdesa Manistutu Wayan Pasek dan Perbekel Manistutu yang baru dilantik Komang Budiana serta Ketua BPD Mentakan, bantuan bibit babi tersebut memang benar bantuan dari desa untuk delapan kelompok ternak di desanya.
“Itu anggaran desa tahun 2019, saat itu saya masih menjabat PJ Perbekel. Total anggarannya seratus dua belas juta rupiah dipotong pajak sebesar sebelas koma lima persen,” terang Arya Widiantara ditemui di Kantor Desa Manistutu siang tadi.
Kegiatan tersebut menurutnya merupakan kegiatan swakelola, namun sebagai pelaksana kegiatan adalah PPK desa. Lantaran PPK ada kegiatan keluar kota saat itu, maka pembelian bibit diserahkan kepada rekanan dan rekanan tersebut juga warga desa Manistutu.
“Jadi kita menyerahkan kepada seseorang untuk mencari dan membeli bibit babi tersebut. Kebetulan yang kita tunjuk adalah warga Manistutu yang banyak tahu dimana seharusnya beli bibit babi,” ujarnya.
Setelah bibit babi datang dan sebelum dibagikan kepada kelompok, lanjut Arya Widiantara, bibit babi tersebut diperiksa kesehatannya terlebihdahulu oleh pihak kesehatan hewan dan seluruhnya dinyatakan layak untuk dipelihara.
“Bibit babi itu memang diberikan kepada delapan kelompok ternak. Perkelompok dapat 20 ekor, tapi pemeliharaannya diserahkan kepada masing-masing anggota kelompok, bukan dipelihara secara koloni dalam satu kandang,” imbuhnya.
Dia juga membenarkan dalam perjalanan ada empat ekor bibit babi (pukan puluhan) yang mati. Penyebab kematiannya juga telah diperiksa oleh pihak Kesehatan Hewan, yakni disebabkan karena diare dan dehidrasi akibat suhu panas berlebihan. Jadi kematian bibit babi itu menurut Arya Widiantara bukan karena bibit yang tidak layak dipelihara.
Namun demikian dia mengakui ada ketentuan khusus yang diabaikan berkaitan dengan bantuan ternak yakni bibit babi yang layak dipelihara kelompok minimal beratnya 10 kg. Pihaknya saat bibit tersebut datang memang tidak sempat menimbang sehingga besarnya tak beraturan dan yang menjadi acuan adalah “Sepih” atau bibit babi telah lepas menyusu dari induknya.
“Kami akui itu ketelodoran kami karena tidak sempat menimbang saat datang. Tapi kami tegaskan semua bibit babi yang datang sudah dinyatakan layak untuk dipelihara. Yang mati itu karena diare dan dehidrasi lantaran kandang tidak beratap sehingga kepanasan,” tutupnya.(BB)
Berita Terkini
Berita Terkini
Pemkot Denpasar Imbau Warga Beli LPG 3 Kg di Pangkalan Resmi
10 Januari 2025
Audiensi Bersama Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan
10 Januari 2025
Bappebti Serahkan Pengawasan Aset Kripto ke OJK dan BI
10 Januari 2025