Nyepi di Tahun Politik, Togar Situmorang Ajak Tingkatkan Toleransi "Manyama Braya"
Senin, 04 Maret 2019
ilustrasi nett
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com-Denpasar. Untuk memaknai perayaan Nyepi Tahun Saka 1941 pada 7 Maret 2019, tokoh anti korupsi dan anti intoleransi yang juga advokat senior Togar Situmorang, S.H., M.H., M.A.P., mengajak segenap elemen masyarakat Bali termasuk juga khususnya para elit politik dengan introspeksi diri, meningkatkan toleransi dan spirit 'manyama braya'.
"Di tahun politik ini situasinya menghangat bahkan bisa memanas. Tapi hati dan pikiran kita harus tetap dingin dan perayaan Nyepi ini jadi momentum untuk meredam gejolak dinamika situasi politik yang ada dengan introspeksi diri, tingkatkan toleransi dan manyama braya," kata Togar Situmorang di kantor hukumnya, Law Firm Togar Situmorang & Associates di Denpasar, Senin (4/3/2019).
Pria yang dijuluki "panglima hukum" yang juga caleg DPRD Bali dapil Denpasar nomor urut 7 dari partai Golkar ini mengajak nilai-nilai toleransi, kedamaian dan semangat gotong royong serta "manyama braya" masyarakat Bali jangan sampai tercabik-cabik karena perbedaan pilihan politik.
Begitu juga para elit politik harusnya mampu menjadi panutan dan penuntut jalan serta memberikan pencerahan pada masyarakat untuk selalu hidup rukun berdampingan tanpa memandang perbedaan pilihan politik yang ada.
Caleg milenial yang dikenal dengan komitmen dan aksi nyata "Siap Melayani Bukan Dilayani" itu juga berharap Catur Brata Penyepian dapat dijalankan dengan baik dan semua pihak ikut menjadi keheningan dan ketenangan Nyepi. Sehingga perayaan Nyepi di Bali benar-benar bisa jadi contoh bagi masyarakat Indonesia dan dunia.
BACA JUGA : VAR Badung Rogoh Kocek APBD Rp2 Miliar
"Bali itu miniatur Indonesia dan dunia dan dikenal sebagai island of peace, island of tolerance. Ini yang membuat Bali nyaman layaknya surga bagi setia orang. Ini yang harus kita jaga dan pertahankan bersama-sama," ajak Togar Situmorang yang sudah puluhan tahun di Bali dan mengaku sangat cinta Bali.
Ket Foto: Panglima Hukum Togar Situmorang, S.H., M.H., M.A.P
Togar yang juga dikenal sebagai caleg milenial dan dekat dengan generasi muda ini juga mengapresiasi kreativitas generasi muda dalam menciptakan ogoh-ogoh yang selalu menjadi daya tarik tersendiri saat diarak pada hari Pangrupukan (sehari jelang Nyepi). Pelestarian ogoh-ogoh ini terus berkembang namun tetap sesuai jati diri budaya Bali.
Togar pun terus mendukung kreativitas generasi muda Sekaa Teruna Teruni (STT) di Denpasar dalam mengkreasikan ogoh-ogoh baik dari sisi estetika tampilan maupun juga ketertiban saat pengarakannya di hari Pangrupukan.
Togar yang dikenal sebagai advokat dermawan yang kerap memberikan bantuan hukum gratis bagi masyarakat kurang mampu dan tertindas dalam penegakan hukum itu tetap berharap pengarakan ogoh-ogoh tahun ini jangan sampai melenceng dari identitas budaya Bali. Seperti jangan sampai lagi menggunakan mercon atau sound system yang misalnya juga dengan memutar musik dangdut.
BACA JUGA : Bali Tanpa Internet saat Nyepi
"Sesuai imbauan Pak Walikota, jangan ada lagi ogoh-ogoh gunakan sound system. Gunakan saja gamelan baleganjur, kentungan, tektekan atau pakai obor sehingga tetap menunjukkan identitas adat budaya Bali," harap Dewan Pakar Forum Bela Negara ini.
Pria yang tengah menyelesaikan pendidikan Doktor (S-3) Ilmu Hukum di Universitas Udayana itu juga berharap jangan sampai ada ogoh-ogoh berwarna politik atau disusupi kepentingan kepentingan politik. Jangan sampai saat diarak ada atribut ogoh-ogoh menyerupai salah satu simbol partai politik atau caleg tertentu, ataupun ada STT yang menggunakan atribut terkait caleg ataupun parpol seperti dalam bentuk kaos, bendera atau lainnya.
"Rangkaian hari raya Nyepi harus benar-benar steril dari kepentingan politik. Jadi mari kita Nyepi sehari bebaskan diri dari hasrat atau kepentingan politik apapun menuju Bali yang shanti, damai lahir batin," tutup Ketua Umum POSSI (Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia) Kota Denpasar itu.(BB).