Kontroversi TOSS, Dikeluhkan Masyarakat Dipromosikan Pemerintah
Jumat, 08 Februari 2019
baliberkarya
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com-Klungkung. Program Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) merupakan gagasan Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta untuk mengatasi sampah di seluruh desa yang ada di Klungkung. Program ini sebenarnya menjadi solusi setelah penutupan TPA Sente, Dawan. Namun, seiring berjalan, program ini malah banyak dikeluhkan masyarakat sekitar karena pengolahan sampah yang macet.
Hingga saat ini keluhan masyarakat terkait TOSS Werdhi Guna Desa Gunaksa belum juga teratasi. Sementara Pemkab Klungkung gencar mempromosikan program TOSS ini sebagai trobosan terbaru yang dapat mengatasi masalah sampah di pedesaan. Padahal kenyataannya, keberadaan TOSS ini menimbulkan masalah baru untuk masyarakat sekitar.
I Gede Medan Arianta warga yang tinggal bersebelahan dengan TOSS Desa Gunaksa paling getol memprotes program tersebut. Pasalnya, teori yang menyebutkan sampah tersebut dapat diolah menjadi pelet ternyata tidak semuanya benar. Medan Arianta mengungkapkan sudah sejak dua minggu pihak desa tidak lagi membuang sampah ke TOSS tersebut.
Hal ini disebabakan sampah yang sudah ada sebelumnya tidak juga bisa diolah karena jumlah sampah yang datang tidak sesuai dengan kemampuan mesin melakukan pengolahan. Meski tidak beroperasi mengolah sampah, Pemkab Klungkung tetap menerima kunjungan dari berbagai daerah yang hendak melihat kesuksesan teori pengolahan TOSS di lapangan.
Ada sekitar 70 karung sampah residu yang tidak bisa diolah akibat mesin yang tidak bisa bekerja maksimal. Kondisi ini membuat pengelolaan TOSS menjadi rugi obat-obatan dan tenaga. Pasalnya sampah residu ini sebenarnya sudah masuk ke box peuyem untuk fermentasi sampah. Namun setelahnya tidak bisa diolah menjadi pelet.
“Nah jadinya rugi tenaga,rugi obat dan rugi operasional. Karena akhirnya tidak bisa diolah dan dianggap residu dari dari beberapa kampil tersebut karena mesin tidak mampu mengolah,” jelas Medan Arianta, Jumat (8/2/2019).
Kini tumpukan sampah residu itu pun mengeluarkan bau busuk karena sampah yang sudah matang dan kering kini kembali basah dan membusuk akibat tidak diolah. Apalagi mesin yang disebutkan bisa mengolah sampah hingga 500kg/jam ternyata di lapangan hanya mampu mengolah 50kg hingga 75 kg itu pun dalam waktu 4 jam. Itu berarti dalam waktu 1 jam hanya dapat mengolah sekitar 12,5 kg hingga 18,75 kg.
Upaya Medan Arianta dalam membuka fakta kondisi TOSS di Gunaksa ini diakuinya banyak mendapatkan tekanan. Ia mengaku ada sejumlah orang yang datang ke rumahnya untuk meminta tidak mengungkap masalah TOSS tersebut. Meski begitu ia mengaku tetap akan bersuara karena ia dan keluargannya menjadi yang pertama merasakan dampak negatif dari program tersebut. (BB)
Berita Terkini
Berita Terkini
Pemkot Denpasar Imbau Warga Beli LPG 3 Kg di Pangkalan Resmi
10 Januari 2025
Audiensi Bersama Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan
10 Januari 2025
Bappebti Serahkan Pengawasan Aset Kripto ke OJK dan BI
10 Januari 2025