Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

JL. Patih Nambi XII No.5, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara

Call:081353114888

redaksi@baliberkarya.com

Kamu Wajib Tahu! Berani 'Open Status', Tes HIV Tanpa Syarat dan Paksaan

Selasa, 13 November 2018

Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

ilustrasi nett

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Minimnya pengetahuan dan ketidaktahuan membuat sejumlah pengidap penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV)-AIDS enggan memeriksakan diri ke tempat layanan masyarakat.
 
 
Hal ini diungkapkan oleh Desy, seorang pengidap penyakit HIV positif yang telah menjalani penyakit yang masuk katagori mematikan itu selama 8 tahun.
 
"Saya tapi HIV positif ya bukan AIDS karena ini berbeda, kalau HIV itu adalah virus yang menyebabkan infeksi, AIDS adalah kondisi atau sindrom. Terinfeksi HIV bisa membuat seseorang mengalami AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). AIDS terjadi ketika HIV menyebabkan kerusakan serius pada sistem imun. Kondisi ini sangat kompleks dan bervariasi pada setiap orang," ungkapnya yang merupakan seorang Voluntary Counselling and Testing (VCT) di RS Sanglah Denpasar, Selasa (13/11).
 
 
Ia menceritakan kondisi yang dialaminya 8 tahun yang lalu. Saat itu dia tengah melahirkan anak keempatnya dimana kemudian suaminya meninggal karena penyakit HIV-AIDS. Suaminya bekerja sebagai waiters dan selama ini selalu bekerja pulang hingga pagi. Diceritakan suaminya tertular penyakit tersebut lantaran kerap berhubungan intim dengan seorang pekerja seks (PS).
 
 
 
"Dia kalau tahun baru, lebaran, natal, itu pasti pulang pagi, rupanya bos nya beri dia cewek kalau tempat kerja suami saya untung lagi ramai pasti karyawannya diberi bonus minum-minuman dan seorang pekerja seks satu," ceritanya lirih.
 
Hal itulah yang menyebabkan suaminya tertular penyakit HIV-AIDS hingga dinyatakan meninggal oleh dokter. "Saya sedih saat saya juga divonis positif HIV tapi saya harus bangkit untuk empat orang anak saya," katanya seraya menegaskan jika keempat anaknya negatif HIV semua.
 
"Saya bersyukur anak saya tidak ada yang positif, tapi rupanya ujian cobaan saya sangat berat dilalui. Apalagi di Bali orang Bali sendiri yang membuang saya mereka keluarga teman menjauh, saya dikucilkan. Tapi saya bangkit dan saya bisa lewati itu semua," tegasnya.
 
Kalau sosialisasi ke banjar-banjar dia tak henti-hentinya mengimbau warga khususnya di Denpasar untuk memeriksakan diri minimal ke VCT dulu. 
 
"Ayo buka diri kalian jangan takut lebih baik 'open status' atau orang lain tahu," ajaknya. Menurutnya banyak orang dari luar Denpasar yang mengalami HIV namun tidak berani membuka diri.
 
 
Keuntungan dari open status menurutnya dirinya tidak harus sembunyi-sembunyi minum obat HIV. "Saya jadi tahu mana yang mau menerima saya dan mana yang menolak saya. Minimal dengan orang lain tahu jika terjadi sesuatu maka penanganannya akan lebih mudah. 
 
"Kalau saya tidak open status misal saat saya jatuh, orang gak tahu saya sakit apa. Kalau sudah tahu seperti keluarga kan mereka tinggal bilang bawa aja ke Rumah Sakit obatnya ambil di VCT," ucapnya.
 
Dan bagi yang ingin melakukan tes HIV katanya semua itu harus dilakukan murni tanpa syarat dan paksaan.
 
"Semua tanpa syarat, diharapkan tes HIV-nya, kenapa diharapkan karena memang kita tidak boleh memaksa seseorang untuk tes HIV harus atas kesadarannya sendiri," tandasnya.(BB)


Berita Terkini