Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

JL. Patih Nambi XII No.5, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara

Call:081353114888

redaksi@baliberkarya.com

Bali Jangan Latah Festival Pariwisata, Praktisi Pariwisata Sebut 'Mubazir Kalau Bersamaan'

Sabtu, 15 September 2018

Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

ilustrasi nett

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Badung. Untuk meningkatkan kunjungan wisatawan dan mempromosikan keunggulan serta keunikan daya tarik wisatanya, kini sejumlah destinasi wisata di Bali belakang seolah-olah berlomba-lomba menggelar festival pariwisata. Bahkan, tidak jarang ada festival yang digelar dalam waktu bersamaan walau di destinasi yang berbeda.
 
 
Di pertengahan September ini saja ada dua festival yang bersamaan. Pertama, Petitenget Festival yang digelar di Pantai Petitenget, Kerobokan, Badung pada 14-16 September 2018. Namun festival kedua yakni Jatiluwih Festival juga diselenggarakan pada 14-15 September 2018 di D'Uma Jatiluwih, Art & Cultural Hill, Jatiluwih, Penebel, Tabanan.
 
Menurut praktisi pariwisata yang juga Wakil Ketua Umum DPP IHGMA (Indonesian Hotel General Manager Association) I Made Ramia Adnyana S.E.,M.M., CHA., adanya festival pariwisata dalam waktu bersamaan ini tidak bagus untuk kepariwisataan Bali. 
 
"Festival ini jangan dibuat  bersamaan, bisa mubazir," kata Ramia Adnyana saat ditemui usai ikut membersihkan sampah pada acara World Clean Up Day di Pantai Kuta Sabtu pagi (15/9/2018) yang diikuti ribuan peserta dan dibuka Gubernur Bali Dr. I Wayan Koster.
 
Ramia menjelaskan hal mubazir karena jika ada dua atau lebih festival di Bali dalam waktu yang bersamaan maka wisatawan yang berkunjung ke Bali tidak akan bisa fokus mengunjungi festival tersebut. Pasalnya, konsentrasi wisatawan akan terpecah dan harus memilih mengunjungi yang mana. 
 
Ket foto: Ramia Adnyana (baju dan topi hitam) bersama Gubernur Koster
 
 
"Belum lagi jika jarak antara satu destinasi wisata dengan lainnya tempat dilaksanakannya festival sangat berjauhan," sentilnya.
 
Dari aspek promosi pariwisata, jelas Ramia, festival yang bersamaan ini juga membawa dampak negatif. Sebab stakeholder terkait juga harus memilih lebih memfokuskan memasarkan festival yang mana.
 
Untuk itu, Ramia yang juga General Manager (GM) Hotel Sovereign Kuta itu mendorong penyelenggara festival ini harus dikoordinasikan antar daerah atau antar destinasi wisata. Sehingga tidak ada lagi pada saat yang bersamaan ada dua festival pariwisata.
 
"Festival untuk mendukung pariwisata harusnya dikoordinasikan oleh Pemerintah Provinsi sebagai koordinator apalagi dicanangkan pembangunan kepariwisataan Bali dengan pola One Island One Management," tegas Ramia Adnyana.
 
Ramia Adnyana yang juga Wakil Ketua Bidang Komunikasi dan Informasi PHRI (Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia) Badung itu memberi solusi agar penyelenggaran festival sebaiknya giliran. Dalam satu tahun, jadwal pelaksaan festival mestinya sudah dibagi dan terkoordinasikan dengan baik. Termasuk juga menyangkut pengelolaan festivalnya ataupun pemeliharaan destinasi wisatanya.
 
Ket foto: Praktisi Pariwisata, I Made Ramia Adnyana S.E.,M.M., CHA.
 
"Kalau dibagi dan giliran, tiap tahun bisa lebih banyak mendatangkan wisatawan. Promosi juga bisa lebih fokus untuk destinasi yang menggelar festival sehingga pengunjung bisa lebih banyak," terang pria yang juga bakal caleg DPRD Bali dapil Karangasem dari PDI P itu.
 
 
Seperti diketahui, Petitenget Festival (Kerobokan Arts & Spirit 2018) yang pertama kali gelar dan berlangsung selama tiga hari mulai tanggal 14 sampai 16 September 2018 di areal pantai dan sekitar pura Petitenget. Festival ini ditargetkan mampu menghadirkan 50 ribu pengunjung atau wisatawan selama tiga hari.
 
Saat bersamaan, digelar lagi Jatiluwih Festival pada 14-15 September 2018 di D'Uma Jatiluwih, Art & Cultural Hill, Jatiluwih, Penebel, Tabanan. Festival ini mengkolaborasikan bauran tradisi, adat, seni dan budaya lokal dengan perkembangan kontemporer atau kekinian. Festival ini berbasis pada pemberdayaan masyarakat setempat sebagai ungkapan terimakasih kepada Tuhan, masyarakat sekitar dan alam semesta dalam bingkai Tri Hita Karana. 
 
Nah, Ramia Adnyana berharap alangkah baiknya, niat baik bersama untuk mengundang wisatawan dalam balutan festival ini bisa dikasi jarak dan diatur giliran waktunya sehingga niat dan tujuan baik semua pihak ini tertata agar hasilnya bisa lebih maksimal menarik kunjungan wisatawan ke Pulau Bali.(BB).


Berita Terkini