Begini 'Kiat Jitu' R.A Helmi Ginanti Agar UKM di Bali 'Naik Kelas dan Juara'
Senin, 03 September 2018
Baliberkarya
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com-Denpasar. Geliat untuk menjadi wirausaha khususnya pelaku UKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) makin tinggi. UKM kini juga tumbuh bak cendawan di musim hujan. Tapi sayang, banyak juga UKM di Bali yang tumbang berjatuhan layaknya daun di musim gugur.
Namun, apa yang bisa membuat UKM tidak hanya bertahan hidup tapi mampu terus bertumbuh bahkan naik kelas? "Kuncinya adalah benahi pola pemasaran dan harus punya mindset enterpreneurship (kewirausahaan) yang kuat dengan daya kreativitas dan inovasi tinggi," ucap Ketua UKM IKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah-Industri Kecil Menengah) Provinsi Bali R.A Helmi Ginanti di Denpasar, Senin (3/9/2018).
Helmi Ginanti menjelaskan salah satu permasalahan terbesar UKM adalah sulitnya berkembang menjadi lebih besar. Seolah-olah ada barrier (hambatan) yang membatasi ruang gerak mereka. Padahal potensi mereka sangat besar, apalagi jumlahnya juga besar yang mencapai 55 juta UKM di tanah air menurut data Kementrian Koperasi dan UKM.
Menurut Helmi Ginanti yang mengutip data BPS (Badan Pusat Statiatik) dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) tahun 2016 yang menunjukkan ada jurang ketimpangan yang tinggi diantara kelas atau besarnya skala usaha UKM berdasarkan pendapatannya per tahun. Sebanyak 92,56 persen merupakan usaha mikro dengan pendapatan kurang dari Rp 300 juta.
Sebanyak 6,94 persen merupakan usaha kecil dengan pendapatan Rp 300 juta sampai Rp 2,5 miliar. Sementara yang dikategorikan usaha menengah (pendapatan Rp 2,5 miliar sampai Rp 50 miliar) sangat kecil, hanya 0,46 persen. Sedangkan usaha besar (pendapatan Rp lebih dari Rp 50 miliar) paling sedikit hanya 0,04 persen.
"Itu mengindikasikan sulitnya UKM naik kelas. Dari yang usaha mikro menjadi usaha menengah jumlahnya cukup jauh, jurang pemisah sangat lebar," tegas istri master layang-layang Ida Bagus Ugrasena itu.
Srikandi pengusaha asal Griya Telabah, Thamrin Denpasar itu menilai, sulitnya UKM naik kelas dan berkembang menjadi lebih besar tidak terlepas dari persoalan pemasaran. Kebanyakan pelaku UKM masih menggunakan pola pemasaran tradisional dengan membuka toko sendiri atau menjual langsung ke konsumen.
Helmi Gianti memandang, pelaku UKM belum semua bisa memasarkan produknya secara online untuk menjangkau akses pasar yang lebih luas dan mencapai pertumbuhan eksponensial.
"UKM zaman now itu harus modern. Memasarkan produk secara online. Bisa lewat Instagram, Facebook, buat website sendiri. Atau yang lebih bagus kerjasama dengan e-commerce besar seperti Bukalapak, Tokopedia, BliBli, Lazada dan lain-lain," terang pengusaha yang juga mengeskpor layang-layang hingga ke berbagai belahan dunia itu.
Tak hanya itu, lanjut Helmi Ginanti, pemasaran ini bukan hanya menyangkut bagaimana mereka menjual produk baik offline atau online, tapi yang terpenting mampu membaca kebutuhan dan trend pasar serta mengenali perubahan. Maka UKM juga harus bisa melakukan riset pasar mulai dari yang sederhana.
"Amati perubahan perilaku konsumen atau trend pasar. Lalu buat produk dengan daya kreativitas dan inovasi. Jangan pernah puas dengan produk yang ada dan sukses saat ini. Sebab produk sukses dan dibutuhkan sekarang, belum tentu juga relevan dan masih diminati di masa mendatang," jelas Helmi Ginanti seraya menambahkan pelaku UKM jangan mudah menyerah menggali inovasi baru.
"Inovasi atau mati. Itu salah satu kunci dari enterpreneurship. Maka UKM juga harus mampu mengikuti kemajuan teknologi baik untuk memproduksi maupun memasarkan produknya," tegas tokoh perempuan yang juga bakal caleg DPRD Bali dapil Denpasar dari Partai Demokrat nomor urut 4 itu.
Untuk itu, ia mendorong UKM melek ilmu pemasaran. Selalu mengupdate diri dengan informasi terkini. Terbuka membangun jejaring bisnis serta berkolaborasi dan berbagi.
"Sekarang ini era sharing economy. UKM tidak harus berdiri sendiri untuk menghasilkan produk. Bisa kolaborasi juga dengan pelaku UKM lainnya," demikian Helmi Ginanti.(BB).