Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

JL. Patih Nambi XII No.5, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara

Call:081353114888

redaksi@baliberkarya.com

Ternyata! Lesunya Bisnis Properti di Bali Akibat "Diselimuti" Efek Psikologis Pelaku Usaha

Jumat, 01 Juni 2018

Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

ilustrasi nett

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Lesunya bisnis properti dalam beberapa tahun terakhir ternyata lebih banyak disebabkan karena faktor psikologis ketimbang dampak turunnya pertumbuhan ekonomi. 
 
 
"Memang ekonomi agak lesu, tapi masyarakat sesungguhnya masih punya uang untuk bertransaksi bisnis khususnya dalam bidang properti. Namun, hal itu tak berjalan dengan baik seperti sebelumnya. Ini karena ada semacam keraguan baik di kalangan pemain properti, masyarakat maupun perbankan yang selama ini banyak mensupport dunia properti," kata pelaku bisnis properti, Henky Suryawan di Denpasar, Jumat (1/6/2018) 
 
Henky yang aktif di Forum Peduli NKRI ini mengungkapkan faktor psikologis ini yang masih 'menyelimuti' pelaku usaha dalam memacu pertumbuhan bisnis ini. Seperti calon pembeli yang masih ragu membeli, dan penjual jugamengerem usahanya. 
 
Menurut Hengky, masih ada kesan di masyarakat yaitu jangan membeli sekarang karena harga tak menentu dan ada yang bilang jangan menjual karena harga lagi lesu. 
 
"Akibatnya banyak yang menunda bertransaksi karena berbagai pertimbangan seperti khawatir harga jatuh sehingga akan rugi. Ini umumnya terjadi pada mereka yang beli properti untuk investasi," ungkap Henky.
 
 
Henky menerangkan sesungguhnya bisnis properti bisa melaju kalau berbagai pihak tidak dihantui psikologi itu. Sebab bagi mereka yang butuh rumah, pasti akan tetap membeli meski kebanyakan tipe kecil, apalagi kebutuhan rumah terus meningkat.
 
 
Meski begitu, Henky mengaku optimis ke depan bisnis ini akan bisa membaik kalau semua yang terlibat punya persepsi sama bahwa properti itu bisnis yang menguntungkan baik dari sisi pemain, konsumen maupun perbankan.
 
Diakui dalam kondisi seperti ini berbagai opsi terjadi seperti ada bankir yang ekspansi keluar agar dananya tak mengendap karena sulit menyalurkan kredit. Dan sebagian memilih menaruh dananya di bank. 
 
"Padahal kalau mau pemilik dana bisa menghitung besaran bunga simpanan dengan kenaikan harga dalam bisnis properti. Kalau punya uang 'dingin' saya kira investasi properti masih menguntungkan," terang Henky. 
 
Di sisi lain, Henky mengakui adanya kenaikan pajak yang berlipat ganda menyebabkan daya beli properti ikut terganggu. "Sebab dengan kenaikan yang begitu besar akan menyebabkan harga jadi ikut membengkak dan ini tentu berpengaruh terhadap daya jual," sentilnya.
 
 
Kondisi tak jauh beda juga menghinggapi para pemain bisnis ini yang juga tak berani banyak berinvestasi karena khawatir sulit menjual. Keadaan ini semakin berat karena perbankan yang sebelumnya banyak "bermain" di bisnis ini juga melihat kondisi yang kurang menjanjikan saat ini. 
 
Bahkan menurut sejumlah bankir sebagian kredit macet karena lesunya bisnis properti. "Banyak nasabah kami yang kini kesulitan melaksanakan kewajibannya karena investasinya di properti tersendat," jelas seorang bankir.(BB).


Berita Terkini