Wujud Rasa Syukur, Jembrana Gelar Dharma Santhi Nyepi 2018
Jumat, 04 Mei 2018
baliberkarya
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com-Jembrana. Dharma Santhi dilaksanakan Jumat (4/5) di Wantilan Pura Jagatnatha, Jembrana. Dihadiri oleh para Sulinggih dan Pemangku se-Jembrana, Bupati Jembrana I Putu Artha, Mantan Bupati Jembrana periode 1990-2000 Ida Bagus Indugosa, Drs I.B Agastia sebagai Pendharmawecana, Anggota Forkopimda Jembrana.
Dharma Santhi tersebut juga dihadiri Kepala-Kepala OPD Pemkab Jembrana, Majelis Madya dan Alit, Pengurus Organisasi Keagamaan dan Kepemudaan se-Jembrana dan Pengurus Sekaa Teruna se-Jembrana.
Ketua Panitia Dharma Santhi Nyepi I Nyoman Gede Kurniawan dalam laporannya mengatakan Tema Dharma Santhi kali ini adalah “Dharma Shanti Hari Nyepi Tahun Baru Caka 1940 Sebagai Rasa Syukur Dalam Kebersamaan Atas Keberhasilan Pembangunan Di Kabupaten Jembrana.”
Lanjut Kurniawan, kegiatan ini merupakan agenda keagamaan yang dilaksanakan setiap tahun sebagai momentum mendekatkan diri untuk melakukan upaksama atau saling memaafkan satu sama lain.
Sementara itu Bupati Jembrana I Putu Artha dalam sambutannya mengucapkan rasa terima kasihnya kepada seluruh masyarakat di Jembrana khususnya bagi masyarakat non Hindu yang telah ikut menjaga ketertiban dan toleransinya sehingga umat hindu dapat melaksanakan ritualnya dengan penuh kekhidmatan.
Hal tersebut telah menyesuaikan dan mengacu pada tema Dharma Santhi Nasional yang mengusung tema “Melalui Catur Brata Penyepian Kita Tingkatkan Soliditas Sebagai Perekat Keberagaman Dalam Menjaga Keutuhan NKRI”
Namun dalam pelaksanaan Nyepi tahun Caka 1940, Bupati Artha menemukan beberapa catatan yang dapat dijadikan bahan evaluasi untuk meningkatkan kesucian pelaksanaan Hari Raya Suci Nyepi selanjutnya.
Catatan tersebut Pertama, pada saat Tawur/Pengerupukan masih banyak umat sedharma yang melanggar bhisama PHDI Kabupaten utamanya pelaksanaan mebuu-buu dan pengarakan ogoh-ogoh. Kedua, saat Sipeng/Penyepen ada beberapa umat yang masih beraktivitas di luar rumah.
Dan yang ketiga menurut Bupati Artha, masih ada umat yang melanggar kesepakatan waktu ngembak geni, yakni ngembak setelah pukul 06.00 Wita. Artha memohon agar kedepan Bendesa dan Prajuru memberikan pemahaman kepada umat di wilayahnya.
Disisi lain Artha menyampaikan dalam periode ke dua kepemimpinannya, dirinya membuat kebijakan untuk membangun Jembrana dari Desa dan Kelurahan. Pola ini dikenal dengan istilah pola pembangunan bottom up yang intinya pembangunan yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi oleh masyarakat. Dengan pola kebijakan seperti ini Artha berharap bisa mempercepat proses peningkatan kesejahteraan masyarakat Jembrana.(BB)
Berita Terkini
Berita Terkini
Pemkot Denpasar Imbau Warga Beli LPG 3 Kg di Pangkalan Resmi
10 Januari 2025
Audiensi Bersama Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan
10 Januari 2025
Bappebti Serahkan Pengawasan Aset Kripto ke OJK dan BI
10 Januari 2025