Leko Tarian Langka Asli Jembrana Mulai Dibangkitkan
Selasa, 06 Maret 2018
baliberkarya
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com-Jembrana. Kesenian Leko merupakan salah satu kesenian tradisional yang cukup tua di Jembrana dan nyaris punah.
BACA JUGA : Wisata Gilimanuk Mulai Dilirik Investor
Kesenian yang tergolong langka ini, saat hanya bisa ditemui di Banjar Pancardawa, Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana. Tarian tradisional diiringi dengan musik tradisional ini hampir menyerupai musik tradisional bumbung.
Seperti kesenian lainnya di Jembrana, Gamelan yang digunakan berbahan dasar dari bambu. Dari informasi masyarakat berkembangnya Leko, kesenian tari dan gamelan ini diciptakan sekitar tahun 1915.
Nada serta alunan iringan mengarah ke Legong Keraton. Seiring berjalannya waktu, kesenian ini kalah populer dengan dengan kesenian lainnya dan semakin sedikit yang menggelutinya.
Namun hingga kini kesenian Leko masih mampu bertahan. Bahkan beberapa kali, kesenian langka ini pentas di Pesta Kesenian Bali (PKB).
Bangkitnya kesenian kuno ini, dimulai di era Bupati Jembrana Ida Bagus Indugosa. Pada saat itu, sejumlah kesenian kuno yang sudah jarang ditemui kembali dihidupkan dengan pembinaan dan ruang untuk pentas di ajang event-event kesenian. Bahkan tampil saat even budaya PKB.
Kini, beberapa penari sudah berusia sepuh. Diantara para penari itu kini sudah tak sekuat dulu lagi. Sehingga untuk menari sudah tidak mampu.
Salah satu penggiat seni Leko, I Nyoman Dika, mengungkapkan kesenian Leko ini kendati tidak ada catatan pasti, namun secara turun menurun kesenian ini diketahui diciptakan sekitar tahun 1915.
Dari penuturan para pengelingsir kesenian Leko sudah ada jauh sebelum Indonesia Merdeka. Kesenian ini tercipta bermula dari masyarakat agraris di Pendem seusai menanam padi di lahan sawahnya.
Setelah melakukan tahap perabasan padi, sembari melepas lelah usai bercocok tanam, mereka membuat gamelan dari bambu. Bahan yang mudah ditemui saat itu. Selanjutya tetabuhan dari hasil alat musik bambu itu mereka sebut dengan Leko.
Dari penuturan, pencipta musik gamelan tradisional Leko ini bernama Wayan Tragi. Kemudian dibantu temannya, Wayan Dresta membantu mengembangkan kesenian itu.
keterangan : seni leko mirip dengan tarian legong/nett
Awalnya menurutnya, hanya berupa gamelan saja. Namun seiring berjalannya waktu, kesenian gamelan itu berkembang dengan tarian. Dalam musik Leko, ada sejumlah istilah. Seperti Sebitan Penyalin, Ngendih-ngendih api dan Cunguh Landak. Istilah itu secara turun temurun masih digunakan hingga saat ini dan diterapkan dalam gamelan.
Berlanjut pada tarian. Secara umum, tarian Leko tidak terlalu beda jauh dengan tarian Legong. Setelah kesenian ini berkembang, bertambah kesenian dari alat bamboo lain yang tercipta seperti Bumbung Grantang dan Bumbung Kepyak.
Diakui, di jaman modern ini, regenerasi seni Leko ini memang sangat susah. Para remaja terutama di bagian menabuh atau penabuh gamelan kurang meminati. Tetapi untuk tarian, para generasi muda sudah mulai banyak yang berminat.
Kesenian langka ini masih mendapat tempat bahkan menjadi perhatian tamu-tamu dari luar negeri. Sejumlah pemerhati kesenian ini di Pancardawa secara konsisten melestarikan Leko.(BB)
Berita Terkini
Berita Terkini
Pemkot Denpasar Imbau Warga Beli LPG 3 Kg di Pangkalan Resmi
10 Januari 2025
Audiensi Bersama Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan
10 Januari 2025
Bappebti Serahkan Pengawasan Aset Kripto ke OJK dan BI
10 Januari 2025