Buka Munaslub, Jokowi Lontarkan Kode-kode Ini buat Golkar
Selasa, 19 Desember 2017
kompas
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com-Nasional. Tak henti-hentinya kader Golkar dibuat terpingkal oleh pidato Presiden Joko Widodo dalam pembukaan Musyawarah Nasional Luar Biasa di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Senin (18/12/2017).
Namun, dalam pidato yang banyak diselingi tawa itu, sejatinya ada banyak kode yang disampaikan Jokowi kepada partai berlambang beringin tersebut. Kode tersebut menyiratkan betapa pentingnya Golkar bagi Jokowi dalam memuluskan jalannya pemerintahan yang dinakhodai Jokowi, juga bagi mulusnya mantan Wali Kota Solo itu kembali melenggang lolos hingga ke periode kedua.
Pesan politik pertama terlihat saat sang Presiden, yang adalah kader PDI-P, tetap berdiri kala kader Golkar menyanyikan himne dan pembacaan ikrar. Padahal, ia duduk dekat presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri, yang juga Ketua Umum PDI-P. Megawati memilih duduk.
Saat itu secara tak langsung seolah Jokowi hendak menunjukkan kepada semua kader Golkar sekaligus kepada Megawati bahwa Golkar amat penting baginya, bahwa ia menaungi dan mengakomodasi dua partai besar tersebut.
Aksi Jokowi yang tetap berdiri itu diapresiasi langsung oleh Ketua Harian Partai Golkar Nurdin Halid saat laporan penyelenggaraan Munaslub. "Ketika himne dan ikrar, beliau tidak duduk, itu namanya toleransi," ujar Nurdin yang lantas disambut tepuk tangan semua kader Golkar yang hadir di sana.
Politik Nasional
Kode Jokowi buat Golkar tidak hanya berhenti di situ. Dalam pidato sambutannya, Jokowi kembali menyiratkan sejumlah kode. Di hadapan Megawati, tanpa canggung, Jokowi memuji Golkar setinggi langit sebagai partai yang kekuatan kadernya paling merata di seluruh Indonesia.
Bahkan, ia mengaku konflik di internal Golkar punya pengaruh bagi politik nasional. "Jika internal Golkar ramai, tidak bagus untuk Golkar dan untuk politik nasional," ucap Jokowi.
"Saingan berat Golkar hanya dengan PDI-P. Jadi, kalau tadi Pak Airlangga menyampaikan kekhawatiran di nomor tiga, saya kira enggak. Tetapi, saya enggak tahu kalau saingan sama PDI-P. Saya enggak bisa jawab karena juga Ketua Umum PDI-P ada di sini," seloroh Jokowi.
Ia juga memberi sinyal kepada kepemimpinan Airlangga di Golkar. Hal itu disampaikan saat ia menceritakan kunjungan para pimpinan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Golkar tingkat provinsi ke Istana Bogor.
Jokowi mengaku para pimpinan DPD Golkar tersebut mengingkan Airlangga menjadi Ketua Umum Golkar.
"Saya iseng tanya. Apa ada apsirasi lain? Saya tunggu, saya tengok kanan dan kiri enggak ada (yang bicara). Ya, artinya sudah bulat. Saya enggak memengaruhi ini, saya hanya menceritakan pertemuan saya itu," lanjut Jokowi yang disambut tawa kader Golkar.
Kubu-kubu
Bahkan Jokowi tak sungkan mengungkap kubu-kubu yang selama ini ada di Golkar. Hal yang menjadi rahasia umum di Golkar itu blak-blakan disampaikan Jokowi.
"Yang saya tahu, ada grup-grup besar di Golkar. Ada grupnya Pak JK (Jusuf Kalla) ada. Ada grup besar dari Pak ARB (Aburizal Bakrie) ada. Ada juga grup Pak Luhut (Binsar Pandjaitan). Diam-diam, tetapi ada," kata Jokowi disambut tawa semua yang hadir di sana.
Jokowi pun kembali membuka grup lainnya yang kerap memegaruhi keputusan politik di Golkar. Mereka yang nama-namanya disebut Jokowi terlihat tertawa. "Ada juga grup besar Pak Akbar Tandjung, ada, semua tahu. Ada juga grup besar Pak Agung Laksono dan grup besar lain," lanjut Jokowi.
Namun, semua itu ditutup dengan pesan Jokowi dalam bingkai soliditas Golkar yang akan berpengaruh pada keharmonisan politik nasional.
Menanggapi fenomena tersebut, Direktur Program Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Sirojudin Abbas menyatakan hal itu wajar dilakukan Jokowi lantaran Golkar amat penting bagi sang Presiden.
Ia menyatakan, sebagai seorang Presiden yang tak memimpin partai, Jokowi tentu tak bisa hanya bergantung pada satu partai karena akan tersandera.
Karena itu, Jokowi akan mengumpulkan dan mengakomodasi kekuatan dari partai lain untuk menyeimbangkan kekuatan agar dirinya tak tersandera dan bisa lebih bebas dalam menghasilkan keputusan politik.
Bahkan, kata dia, kekuatan Golkar bisa menjadi penyeimbang atas PDI-P dalam koalisi yang dibangun Jokowi.
"Kalau Nasdem terlalu kecil. Kalau PPP dan PKB masih ada kepentingan terkait cawapres. Maka, Golkar menjadi pilihan tepat dengan kekuatan politik yang besar, terutama di era Setya Novanto, Golkar cenderung mengikuti Jokowi," ujar Sirojudin saat dihubungi, Senin (18/12/2017).
Sementara itu, di kepemimpinan Airlangga, ia menilai juga akan ada dukungan politik yang diberikan Golkar.
Hanya, ia memprediksi relasi antara Jokowi dan Golkar di era kepemimpinan Airlangga akan berbeda kala Golkar dipimpin Novanto. Ia menilai, sebagai orang yang relatif bebas dari kasus hukum, Airlangga bisa lebih otonom dalam melakukan manuver politik.
"Beda dengan Novanto yang datang dengan sejumlah catatan saat memimpin Golkar," ucap Sirojudin.(BB/KPS).
BACA JUGA :
Berita Terkini
Berita Terkini
Pemkot Denpasar Imbau Warga Beli LPG 3 Kg di Pangkalan Resmi
10 Januari 2025
Audiensi Bersama Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan
10 Januari 2025
Bappebti Serahkan Pengawasan Aset Kripto ke OJK dan BI
10 Januari 2025