Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

JL. Patih Nambi XII No.5, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara

Call:081353114888

redaksi@baliberkarya.com

Gunung Agung Relatif Stabil, PVMBG Masih 'Bimbang Turunkan Status' Awas Jadi Siaga

Senin, 04 Desember 2017

Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

PVMBG

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Karangasem. Gunung Agung dalam dua hari belakangan relatif stabil. Bahkan, kini tak nampak kepulan asap kelabu seperti yang terpantau saat erupsi beberapa waktu lalu. 
 
Saat ini, yang terpantau hanya asap putih bertekanan tipis setinggi 500-1.000 meter dapi puncak kawah gunung setinggi 3.142 mdpl tersebut.
 
Meski secara visual relatif terjadi penurunan, namun pergolakan di dalam perut gunung yang terletak di Kabupaten Karangasem itu masih terjadi. Hal itulah sebabnya Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) belum berani mengambil keputusan terkait Gunung Agung.
 
 
"‎Kita perlu lihat ke depan apa yang akan terjadi. Kita belum bisa mengambil keputusan apakah proses erupsi ini sudah berhenti atau masih berlangsung," kata Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana di Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Senin 4 Desember 2017.
 
Menurut Devy, tak terpantaunya kepulan asap kelabu di puncak kawah Gunung Agung bisa terjadi karena kemungkinan yakni habisnya energi magma atau sebaliknya, energinya masih ada namun terjadi penyumbatan.
 
 
Meski begitu, yang menjadi pegangan masih tingginya aktivitas Gunung Agung yakni seismik yang masih merekam gempa-gempa yang menandakan masih adanya aliran fluida magma ke permukaan.‎ 
 
"Apalagi, jika mundur ke belakang hingga tanggal 1 Desember, energi di bawah perut Gunung Agung relatif besar. Dan Cenderung naik dalam tiga hari terakhir," ungkap Devy.
 
PVMBG, lanjut Devy, untuk dapat menyimpulkan apakah masa kritis Gunung Agung mulai mereda atau sebaliknya masih dibutuhkan waktu pengamatan berbagai teknologi.
 
 
‎Menurutnya, kalau energi magma sudah habis harusnya ada penurunan progresif seluruh parameter pemantauan seperti visual, seismik, deformasi, geokimia dan penginderaan jauh satelit. Dan jika sudah menunjukkan bahwa magma tidak punya mobilitas bergerak ke atas, maka bisa kita turunkan statusnya. 
 
"Tapi kalau ada potensi naik lagi, tetap awas. Kalau sekarang kita mau jadikan suatu kesimpulan, tren-nya pendek sekali. jadi, kita belum bisa menyimpulkan.‎ Kita harus punya sampel yang lebih panjang, yang lebih jelas. Kita tunggu dulu sampai jelas tren-nya mengarah ke satu skenario tertentu," pungkas Devy.(BB).
 
 


Berita Terkini