Kasihan! Perusahaan Grup Hardys Akhirnya Dinyatakan Pailit
Kamis, 16 November 2017
ist
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com-Denpasar. Sebuah pengumuman di sebuah media cetak mengejutkan khalayak di Bali, Kamis (16/11/2017). Pengumuman yang dipasang pihak tim kurator menyatakan, perusahaan retail yang sangat terkenal di Bali yakni PT.Hardys Retailindo dan PT Grup Hardys serta pemiliknya yakni Ir.I Gede Agus Hardiawan sudah dalam keadaan pailit.
Pengumuman itu menyebutkan, bahwa berdasarkan Pasal 15 ayat (4) jo Padal 86 dan Pasal 114 UU No.37/2014 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU), Tim Kurator Hardys mengumumkan Putusan Pengadilan Niaga pada PN Surabaya No.29/Pdt.Sus-PKPU/2017/PN Niaga Sby yang telah dibacakan dalam sidang yang terbuka untuk umum pada 9 November 2017 yang diajukan terhadap PT.Hardys Retailindo, PT Grup Hardys, dan Ir.I Gede Agus Hardiawan.
Pengadilan menyatakan ketiga pihak yang berstatus sebagai para pemohon /debitor dalam keadaan pailit dengan segala akibat hukumnya. Pengadilan menunjuk Tim Kurator yang terdiri atas Egga Indragunawan,SH, Lalu Bayu,SH, Idho Sedeur Nalle,SH dan Ali Vitali, SH.
Selanjutnya ditetapkan pula bahwa Rapat Kreditor Pertama pada Rabu (22/11/2017) di Pengadilan Niaga pada PN Surabaya. Batas akhir pengajuan tagihan kreditor selambat-lambatnya Kamis (30/11/2017) di kantor kurator Jln.Danau Limboko Blok C1/2 Pejompongan Jakarta Pusat. Rapat pencocokan piutang kreditor dan batas akhir verifikasi utang pajak adalah Selasa (19/12/2017) di Pengadilan Niaga pada PN Surabaya.
"Untuk itu kami mohon kepada para kreditor agar segera mengajukan tagihan dengan membawa salinan atau fotokopi bukti tagihan serta menunjukkan aslinya pada setiap hari kerja kepada tim kurator," himbau Tim Kurator.
Hardys Retailindo merupakan perusahaan retail yang meliputi Hardys Supermarket, Hardys Dept. Store, Hardys Hardware, Hardys Gourmet & Hardys Bali Craft Centre. Tersebar di hampir semua Kabupaten di Bali. Bahkan telah merambah hingga Banyuwangi dan Mataram.
Mengguritanya Hardys, bermula pada tahun 1997, saat Gede Hardiawan mendirikan GH Holdings. Awalnya hanya fokus di bisnis ritel dan membuka outlet pertama di Bali yakni di Negara, Kabupaten Jembrana. Hardys di Jembrana sudah menggunakan sistem barcoding dan diklaim Gede sebagai sistem barcoding pertama untuk ritel di Bali saat itu.
Strategi yang diterapkan untuk mendirikan Hardys sama dengan strategi Sam Walton mendirikan Wal-Mart yakni mulai dari daerah pinggiran sebelum menyasar ke pusat kota. Setelah tiga tahun membangun sistem manajemen yang terintegrasi, tahun 2000 Hardys membuka outlet kedua di Seririt, Buleleng.
"Sekarang Hardys sudah memiliki 34 outlet yang tersebar di Bali dan Jatim sampai Lombok. Menurut riset AC Nielsen, Hardys menguasai 21,8 persen market share untuk ritel modern di Bali," kata Gede bangga.
Pada tahun 2003 GH Holdings memasuki bisnis properti dengan membangun gedung di Banyuwangi dan Jember, Jawa Timur. Muncul kendala tahun 2007 ketika keluar kebijakan, peritel modern dan asing boleh masuk kota dan kabupaten. Gede mulai berpikir, apakah mau bergabung atau berdiri sendiri. Hardys menjadi operator ritel sekaligus bermitra dengan peritel asing.
Selain menekuni bisnis ritel, ternyata GH Holdings juga memiliki bisnis perhotelan. Hotel pertamanya adalah Hotel Hardys Wirapada di Negara dengan 50 kamar. Lokasinya strategis di tengah Kota Negara
Berikutnya dengan menggandeng Tauzia Hotel Management sebagai pengelola, Hardys mendirikan Hotel Pop! Hardys Singaraja Square di Singaraja, Buleleng. Hotel dengan 149 kamar ini berlokasi dekat pantai dan merupakan hotel budget yang memiliki kolam renang. Berbekal nama Kota Singaraja yang dahulu sempat harum, Gede Hardiawan pun menggelontorkan dana Rp 50 miliar membangun hotel untuk menghidupkan kembali denyut pariwisata di kawasan Bali Utara itu.
Bermula dari bisnis ritel, kini GH Holdings berkembang biak dan memiliki sembilan lini usaha inti yakni ritel, commercial property, residential real estate, hotel, agro, recreation and game center, investasi, transportasi, dan advertising. Jumlah karyawan pun saat ini sebanyak 3.800 orang.
Hardiawan memproyeksikan di masa mendatang, bisnis yang paling diandalkan untuk menambah pundi-pundi GH Holdings adalah Hardys Land yang memiliki 7 lokasi dengan total luas lahan 180 hektar dan tersebar dari Negara (Bali) sampai Mataram (Lombok). Targetnya adalah membangun 10.000 vila Di Nusa Dua, Hardys menggarap Hardys Land Nusa Dua Hill Resort & Villas yang menyasar para smart family, anak muda yang memiliki budget terbatas, dan lifestyle.
Sayangnya, setelah mencapai titik tinggi dalam gerak bisnisnya, Hardys terjerat utang yang akhirnya membawa pada kondisi pailit. (BB)
Berita Terkini
Berita Terkini
Pemkot Denpasar Imbau Warga Beli LPG 3 Kg di Pangkalan Resmi
10 Januari 2025
Audiensi Bersama Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan
10 Januari 2025
Bappebti Serahkan Pengawasan Aset Kripto ke OJK dan BI
10 Januari 2025