Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

JL. Patih Nambi XII No.5, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara

Call:081353114888

redaksi@baliberkarya.com

Mih Ratu! Hidup di Tempat Pembuangan Sampah, Bu Anik Tidur di Bawah Pohon

Senin, 31 Juli 2017

Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

Baliberkarya.com

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Jembrana. Miris dan memprihatinkan. Itulah kehidupan yang dijalani Anik Subaidah (52). 
 
Hidup sebatangkara dan terlantar serta tinggal di tempat pembuangan sampah di Gilimanuk tepatnya di sebelah timur terminal Gilimanuk/depan pertokoan manuver Gilimanuk.
 
Bu Anik demikian panggilan akbrabnya setiap malam tidur di bawah pohon, tanpa atap dan dinding, hanya beralas tikar pandan serta berselimut awan. 
 
 
 
Ditemui ketika sedang memilah sampah di tempat tinggalnya itu, Senin (31/7) Anik mengaku belum makan karena tidak punya uang. Karena sampah plastik yang dikumpulkannya belum terjual. 
 
"Kadang dua bulan baru terjual itu juga tidak seberapa kadang hanya Rp 200 ribu sekali jual dan saya juga kini lagi sakit-sakitan," ujarnya lirih. 
 
Anik menceritakan kepahitan hidupnya. Sejak kecil dia sudah yatim piatu dan tidak punya keluarga lagi. Ketika masih dikandungan ibunya, ayahnya meninggal tenggelam di laut. 
 
Ketika lahir baru usia seminggu ibunya meninggal. Sehingga Anik kecil dirawat tetangganya. Ketika dia mulai remaja ditinggal ke Kalimantan sehingga dia hidup nomaden dan tidak pernah mengenyam pendidikan.
 
 
Akhirnya Anik tinggal di Gilimanuk dan berjualan di pelabuhan dan akhirnya tempat berjualannya digusur. 
 
Setelah itu pekerjaannya tidak menentu dan terkadang ikut orang sehingga sejak puluhan tahun dia menjadi warga Lingkungan Arum, Gilimanuk. 
 
"Yang mengajak saya sudah meninggal dan rumahnya dijual sehingga sampai sekarang saya tinggal di tempat sampah ini," jelasnya sambil tersedu.
 
Anik dengan segala keterbatasannya memilih tidak menikah dan menghidupi diri sendiri. Dia mengaku senang bekerja dan tidak mau jadi pengemis meskipun terkadang dua hari tidak makan. 
 
"Tapi jika ada yang membantu saya akan iklas menerima jika orangnya iklas memberi," jelasnya. 
 
Untuk makan, Anik lebih sering ngebon di sebuah warung langganannya di Gilimanuk dan dibayar ketika hasil memilah sampahnya sudah terjual. 
 
 
"Orangnya baik ngasi saya ngebon makan. Jika mandi saya bayar Rp 3000 sambil nyuci di terminal manuver. Saya tidur disini karena tidak punya rumah,” tuturnya. 
 
Jika hujan dia mengungsi ke depan pertokoan. Dia mengaku tidak ingin pindah kemana-mana karena sudah ber KTP Gilimanuk dan meskipun tidak punya rumah akan bertahan hidup di Gilimanuk. Karena dia ingin selalu bekerja. 
 
Sementara itu Kepala Lingkungan Jineng Agung, Gilimanuk Gede Yasa yang dikonfirmasi mengaku tidak tahu jika ada warga yang tinggal di tempat pembuangan sampah tersebut. 
 
"Saya sering lewat tapi tidak tahu kalau ada yang tinggal disini," kata Yasa.
 
Menurutnya pihaknya akan mengkoordinasikan masalah ini ke Dinas Sosial Pemkab Jembrana dan mengharapkan ada solusi untuk Ibu Anik.(BB)


Berita Terkini