Sekaa Gong Punia Banjar Batan Poh Tampilkan “Satya Ing Yadnyaâ€Â
Sabtu, 20 Mei 2017
Humas Kota Denpasar
Baliberkarya.com - Denpasar. Sekaa Gong Punia Banjar Batan Poh, Desa Pekraman Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan sebagai salah satu Duta Kota Denpasar dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-39 dibina oleh Tim Pembina Provinsi Bali, Jumat Sore (19/5) di Bale Banjar Batan Poh, Sanur Kaja.
Pembinaan ini dihadiri Plt. Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, Ni Nyoman Sujati sekaligus memberikan bantuan secara simbolis kepada perwakilan sekaa. Hadir juga pada kesempatan ini Camat Denpasar selatan, A.A Gede Risnawan, Camat Denpasar Barat, I.B. Joni Ariwibawa, serta Tim Pembina Kesenian Provinsi Bali.
Pembinaan ini merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan Pemkot Denpasar setiap tahunnya kepada para senimanan guna mempersiapkan seniman ini nuntuk tampil maksimal pada ajang PKB ke 39, demikian dikatakan Kepala Plt. Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, Ni Nyoman Sujati saat ditemui disela-sela pembinaan.
Dimana Sekaa Gong Punia Banjar Batan Poh, Desa Pekraman Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan menampilkan Topeng Prembon dengan kisah “Satya Ing Yadnya” yang menceritakan tentang, setelah runtuhnya Kerajaan Tegeh Kori pusat pemerintahan Kerajaan Badung yang berpindah ke Puri Alang Badung dengan Dinasti Jambe dan Raja yang mememerintah saat itu di Puri Alang Badung adalah Ki Ayi Jambe Merik.
Adapun kebijaksanaan beliau maka rakyat Badung merasakan dirinya diayomi, karena itu rakyat Badung sangat taat dengan perintah Ki Saung Galing yang saat itu diberikan tugas oleh raja dibidang perairan. Setelah sekian lama memerintah raja pun wafat dan digantikan oleh putra nya yang bernama Ki Ayi Anglurah Jambe Ketewel.
Dalam pemerintahan ini, Ki Saung Galing memiliki ide untuk memperluas persawahan di Kerajaan Badung dengan memperbesar pengairan dengan rencana membuat sebuah DAM (bendungan) agar dapat mengalirkan air kepersawahan baru. Akan tetapi pembuatan DAM selalu saja mendapatkan hambatan dan DAM itu tidak pernah terwujud.
Singkat cerita, Ki Saung Galing terus berdoa kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa dan suatu malam beliau mendapatkan sebuah wahyu di sekitar DAM yang akan dibangun, bahwa DAM ini akan terwujud apabila menggunakan dasar manusia.
Karena merasa bertanggung jawab Ki Saung Galing pun menyanggupi dirinya sebagai dasar Yadnya. (BB)