Akibat Ulah Pabrik, Abrasi di Pesisir Pengambengan Makin Parah Banyak Rumah Hancur
Minggu, 19 Februari 2017
Baliberkarya.com
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com-Jembrana. Sejumlah warga Pengambengan, Kecamatan Negara, Jembrana belakangan ini kerap menyampaikan protes yang disampaikan melalui tulisan ataupun spanduk yang dipasang di perahu dan tembok-tombok rumah.
Protes warga tersebut ditujukan kepada beberapa pabrik yang dituding karena ulah pabrik menyebabkan abrasi di pesisir Desa Pengambengan, terutama Banjar Ketapang Lampu semakin parah.
Salah satunya pabrik Bali Bumi Mina (BBM). Pabrik yang berdiri di pesisir Pengambengan itu membentengi bangunan pabrik dari bahaya abrasi dengan memasang batu amor serta tembok beton tinggi.
Bukan hanya itu, pabrik ini juga dulu mengurug pantai agar terlindungi dari abrasi. Sebenarnya pengurugan pantai tersebut sempat dihentikan oleh Pol PP Pemkab Jembrana, namun entah kenapa pengurugan tersebut berlanjut hingga selesai.
Karena ulah pabrik tersebut warga sekitar terkena himbas hingga menyebabkan abrasi sangat parah. Banyak rumah warga di tanah negara dan tanah pribadi telah hancur di sapu ombak. Warga yang rumahnya yang hancur, membuat mereka terpaksa pindah ke tempat lain dengan menumpang tinggal di kerabat atau warga lainnya.
Sedangkan bagi warga yang rumahnya masih berdiri tapi kian terancam abrasi, pemiliknya masih bertahan. Meski bahaya rumahnya ambruk ditelan ombak mengancam mereka tetap bertahan karena tidak punya tanah lain untuk ditempati.
Salah satunya dialami oleh dadong Sri Ani (85) yang berlokasi di Ketapang Lampu kini kondisi rumahnya makin mengkwatirkan. Sebagian rumah dadong Sri ini telah hancur disapu ombak. Bahkan kini bangunan yang tersisa tepat di depan pintu kamarnya.
Dadong Sri Ani yang hanya tinggal sendirian di rumah itu dan kini dalam kondisi sakit, mengaku tidak pernah tidur nyenyak karena selalu was-was dengan air laut yang tinggi.
"Dulu rumah saya ini jauh dari pantai. Sekarang sudah hancur dan tinggal sejengkal lagi dari pantai. Pas di depan tempat tidur," keluh Dadong Sri Ani kepada awak media Baliberkarya.com, Minggu (19/2/2017).
Sebenarnya dia berniat pindah namun tidak tahu harus pindah kemana. Karena rumah itu adalah peninggalan satu-satunya dari suaminya. Sementara selama ini dadong Sri tidak dapat tanah pengganti dari pemerintah.
"Kecuali nanti benar-benar habis terpaksa saya pindah. Entah saya pindah kemana, mungkin ngikut anak saya yang janda," ungkapnya.
Warga kini merasa resah jika tidak ada bantuan penanggulangan abrasi dari pabrik-pabrik dan juga pemerintah. Yang membuat hati makin miris dan prihatin, mereka yang hidup dalam ekonomi pas-pasan kini tidak punya tempat pilihan lain lagi untuk berteduh.
Warga banyak berharap aparat pemerintah yang masih memiliki hati nurani bisa terketuk sehingga bisa menolong dan memberi solusi terbaik kepada kondisi warganya tersebut. (BB)
Berita Terkini
Berita Terkini
Pemkot Denpasar Imbau Warga Beli LPG 3 Kg di Pangkalan Resmi
10 Januari 2025
Audiensi Bersama Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan
10 Januari 2025
Bappebti Serahkan Pengawasan Aset Kripto ke OJK dan BI
10 Januari 2025