Siwa Ratri, Malam Menebus Dosa?
Kamis, 26 Januari 2017
Istimewa
Baliberkarya.com - Denpasar. Kegiatan di seputar Siwa Ratri belakangan ini sudah semakin banyak dilakukan oleh lapisan masyarakat, baik di kalangan masyarakat umum, para pelajar/ mahasiswa, para ilmuwan, generasi muda maupun di kalangan pencinta seni sastra. Sebagaimana diketahui bahwa perayaan hari suci
BACA JUGA : Ternyata Hari Saraswati, Pagerwesi, Siwaratri Beruntun Setiap 10 Tahun. Ini Penjelasan PHDI!
Menurut pendeta Hindu, Ida Pedanda Gede Wayahan Wanasari, Siwa Ratri ini erat kaitannya dengan sebuah kisah seorang pemburu bernama Lubdhaka yang diuraikan sebuah Karya Sastra Jawa Kuna, Kekawin Siwa Ratri Kalpa karya Empu Tanakung dan di Bali lebih dikenal dengan Kekawin Lubdhaka.
Kalau kita telusuri secara seksama kisah Lubdhaka ini mempuyai wawasan relegius yang sangat dalam serta dijiwai oleh nilai ajaran Hindu baik aspek filosofisnya, aspek moral atau etikanya dan juga aspek ritualnya.
BACA JUGA : Pagerwesi, Sudikerta Hadiri Ngenteg Linggih di Pura Puseh dan Pura Desa Beng Gianyar
Di masa lampau kita pernah mendengar persepsi bahwa cerita Lubdhaka dengan brata Siwa Ratri dikaitkan dengan usaha umat Hindu dalam melakukan Dharma peleburan dosa atau malam penebusan dosa.
“Namun setalah dikaji dengan hati-hati dan lebih mendalam ternyata nilai yang terkandung di dalamnya tidaklah sesempit, sedangkal dan semudah itu orang-orang dapat menebus dosa-dosanya, serta tampaknya sangat bertentangan dengan Srddha hukum karma atau Karma Phala,” ujar Ida Pedanda yang saat walaka bernama Ida Bagus Gede Wiyana itu.
Perlu diingat bahwa si pemburu Lubdhaka sebagai orang yang hidupnya papa. Kata Papa disini tidak sama maknanya di sini dengan kata dosa kendatipun kata-kata itu dapat diterjemahkan dengan dosa.
BACA JUGA : Libur Saraswati dan Siwa Ratri, IGD Wangaya dan Puskesmas 24 Jam Tetap Buka
Dalam hal ini kepapaan si Lubdhaka jiwanya diliputi oleh kegelapan atau Awidya yang berakibat munculnya ketidak- sadaran, kebodohan, rendah kualitas hidup yang selalu dibelenggu oleh keduniawian dan ini ia lakukan dengan perbuatan himsa karma yaitu memburu dan membunuh binatang buruannya setiap hari guna dapat menghidupi keluarganya.
Kisah Lubdhaka dengan Siwa Ratrinya sesungguhnya mengandung makna sebagai tonggak peringatan dimana umat Hindu senantiasa berusaha untuk melebur kepapaan hidupnya, pada malam payogan Bhatara Siwa agar terlepas dari belenggu kegelapan hidup, gelapnya jiwa atau Awidya, bebas dari kebodohan, bebas dari ketidaksadaran, bebas dari ikatan duniawi, hingga pada akhirnya nanti dapat mencapai Widya, hidup yang terang, jagadhita dan tercapainya moksa bersatu kembali dengan asal mula kehidupan yaitu Sang Hyang Widhi.(BB).