‎Sambut Tahun Baru Dengan Spirit Baru, Warga Suwat Gelar 'Perang Air'
Minggu, 01 Januari 2017
Baliberkarya.com
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com-Gianyar. Desa Pekraman Suwat menggelar siat yeh atau perang air pada Minggu (1/1/2017). Siat yeh adalah rangkaian acara dalam gelaran Festival Air Suwat yang kini masuk tahun kedua dan didedikasikan oleh masyarakat adat Suwat kepada sang air.
"Kita berharap semua yang ikut siat yeh lahir dengan spirit baru, menjadi manusia baru dan siap menghadapi tantangan yang semakin kompleks untuk menapaki hari demi hari dalam 365 hari ke depan," ujar Jero Bendesa Suwat, Ngakan Putu Sudibya.
Sebelum berperang, krama adat Suwat menggelar sembahyang bersama di catus pata desa pekraman yang dipimpin oleh lima jero mangku. Para rohaniawan ekajati ini duduk menghadap empat arah mata angin dan satu di antaranya berada di tengah.
BACA JUGA: Kasus HIV/AIDS di Gianyar Ranking IV di Bali
Selanjutnya, krama melakukan persembahyangan bersama memohon restu kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa dalam representasinya sebagai Dewa Wisnu, dewa kehidupan yang disimboliskan dengan air.
"Kita menyambut tahun baru dengan semangat baru. Satu sama lain saling membersihkan. Saling mengingatkan dengan kesejukan. Semuanya bersih lahir bhatin, sekala dan niskala," terang jero bendesa yang juga mantan wartawan itu.
Fragmen tari bertajuk We Amerta ditampilkan dengan apik oleh kolaborasi seniman yang tergabung dalam Penggak Men Mersi dan Pancer Langit Bali. Secara etimologi, We berarti mengalir dan Amerta berarti air kehidupan. Dalam kehidupan masyarakat Bali, air memiliki fungsi yang sangat vital.
"Kesuburan alam akan terjaga karena kelimpahan air yang dimiliki. Pepatah mengatakan di mana air mengalir, di sanalah kesejahteraan akan terwujud. Jadi tidak berlebihan masyarakat Bali setiap saat memuja air," tutur Konseptor fragmen, Kadek Wahyudita.
Menurutnya, air sebagai mandala puja dipersonifikasikan sebagai sinar para dewata. Inilah esensi air yang disampaikan lewat garapan pertunjukan We Amerta.
"Dalam keyakinan umat Hindu Bali, mengalirnya amerta diyakini sebagai tugas dari Dewa Wisnu. Oleh karena itu, Dewa Wisnu dalam fungsinya sebagai dewa pemelihara kehidupan, senantiasa dipuja oleh umat Hindu agar tetap mengalirkan air untuk kesejahteraan dunia," jelasnya.
Sehari sebelumnya, krama adat Desa Pekraman Suwat telah menggelar prosesi mendak tirta, Sabtu (31/12/2016). Tirta ini yang digunakan sebagai senjata dalam siat yeh atau perang air itu.
Setidaknya ada 200 kendi yang diusung krama. Krama tedun ketog semprong dalam prosesi sakral ini, berjalan menuju mata air Tukad Melangge, Desa Pekraman Suwat.
"Bila pada prosesi mendak tirta secara umum di Bali hanya menggunakan satu sampai lima kendi, maka kami menggunakan lebih dari 200 kendi. Ini mungkin merupakan prosesi mendak tirta dengan kendi terbanyak di Bali," ujar Jero Bendesa Suwat yang juga pemilik media ekonomi perbankan itu. (BB)
Berita Terkini
Berita Terkini
Pemkot Denpasar Imbau Warga Beli LPG 3 Kg di Pangkalan Resmi
10 Januari 2025
Audiensi Bersama Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan
10 Januari 2025
Bappebti Serahkan Pengawasan Aset Kripto ke OJK dan BI
10 Januari 2025