Sesuai Pewisik, Dewa Aji Malam Ini Dikubur Hidup-hidup di Setra
Kamis, 13 Oktober 2016
Ilustrasi/Ist
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com - Klungkung. Pegelaran calonarang kali ini di Desa Getakan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung menjadi buah bibir. Pasalnya untuk calonarang yang dipentaskan kali ke 11 ini sesuai pewisik, pemeran watangan atau layon dalam pagelaran Calonarang harus dikubur hidup-hidup.
Artinya, pemeran layon yakni Dewa Aji Tapakan (55) akan dikubur hidup-hidup di setra setempat malam ini, Kamis (13/10/2016).Seperti diketahui sejak 11 tahun terakhir di Banjar Adat Getakan rutin menggelar pementasan calonarang setiap tahunnya.
Hal tersebut serangkaian upacara memasar dan memungel di banjar setempat. Namun, khusus dalam pementasan kali ini watangan atau yang dikenal dengan istilah bangke matah (bangkai mentah) akan dikubur dan ditinggal disetra selayaknya layon atau orang yang telah benar-benar meninggal.
"Prosesi Watangan yang dikubur saat pementasan Calonarang ini, baru pertama kali kita lakukan di Banjar Adat Getakan. Ini berdasarkan pawisik yang kita terima, jika saat pementasan Calonarang yang ke 11 kalinya, watangan harus dipendem atau dikubur hidup-hidup," ucap I Made Sucana selaku Bendesa Adat Desa Pakraman Getakan, sekaligus Kelihan Banjar Adat Getakan.
Menurutnya, tidak terasa tahun ini merupakan tahun ke-11 pelaksanaan tradisi tersebut. Secara pribadi dia dan warganya mengaku sedikit khawatir jika prosesi ini tetap dilaksanakan.
"Namun dengan berbagai pertimbangan dan atas dasar kepercayaan kita akan pawisik Ida Sesuhunan, krama Banjar Adat Getakan sepakat untuk melaksanakan pentas Calonarang dengan watangan dipendem atau dikubur," ungkapnya.
Tidak hanya itu, melalui pembicaraan dan diskusi yang alot, dan melakukan beberapa kali pertemuan yang melibatkan pihak Krama Banjar Getakan juga Polsek Banjarangkan, disepakati jika Banjar Adat Getakan tetap akan melaksanakan ritual pertunjukan Calonarang itu.
Dengan catatan, pihak Banjar Adat Getakan harus membuat surat pernyataan dengan pihak Dewa Aji Tapakan beserta istrinya. Intinya pada surat pernyataan tersebut, disebutkan tidak akan keberatan dan tidak akan menuntut jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan saat pelaksanaan ritual Calonarang dengan watangan dipendem atau dikubur. Selain itu, untuk keluarga besar Dewa Aji Tapakan juga dibuatkan surat perjanjian atas nama keluarga besar yang ditandatangani oleh prajuru semeton.
Terkait hal ini, Dewa Aji Tapakan, pemeran watangan atau bangke matah dalam pementasan tersebut, mengaku sudah ngayah sebagai watangan atau layon sebanyak 10 kali, atau sejak tahun 2005. Sesuai pawisik yang diterima, ketika sudah memasuki pertunjukan Calonarang yang ke 11 di Banjar Getakan, Watangan harus dipendem atau dikubur.
Ketika ditanya mengenai kesiapanya dalam prosesi tersebut, dengan suara pelannya ia menyatakan siap secara jasmani dan rohani untuk menjalani prosesi mependem atau dikubur tersebut.
"Saya selama ini ngayah sebagai layon (watangan). Saya sudah siap lahir batin walaupun harus mependem di kubur. Karena ini kehendak beliau, pasti beliau akan melindungi," tegasnya yakin.
Seperti diberitakan sebelumnya, Dewa Aji Tapakan (55), salah seorang penari akan melakukan aksi ekstrem di kuburan di Banjar/Desa Pekraman Getakan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. Penari asal Desa setempat yang menjadi lakon watangan atau bangke bangkean ini akan dikubur selama empat jam pada hari ini, Kamis (13/10). Pihak keluarga bahkan telah menandatangani surat tidak menuntut jika terjadi sesuatu pada penari yang dikubur.
Pertunjukan calonarang serangkaian acara "memasar" dan "memunggel" Ide Bhetare Pura Dalem Banjar/Desa Pekraman Getakan kali ini berbeda dengan pelaksanaan calonarang sebelumnya. Pasalnya, pegelaran untuk kesebelas kalinya ini akan dilakukan penguburan langsung penari watangan atau bangke bangkeannya.
Dewa Aji Tapakan (55), penari watangan atau bangke bangkean ketika ditemui di rumahnya mengatakan "ngayah" atau berbuat dengan tulus ikhlas ini dilakukan semuanya ada dasarnya. Kala itu, tepatnya 11 tahun yang lalu, jelas Dewa Aji menuturkan sebelum dirinya ngayah menjadi watangan atau bangke bangkean dirinya mengalami sakit ayan.
Pada saat sakit ini, dirinya mengaku mengalami peristiwa niskala aneh kemudian dirinya melihat seekor ular naga. Dan tiba-tiba naga itu bersuara agar Dewa Aji ngayah sebagai penari watangan. Dan meminta kepada dirinya pada pagelaran calonarang kesebelas kalinya agar dirinya siap dikubur. "Setelah saya nyatakan siap ngayah, setelah beberapa harinya sembuh," jelasnya.(BB/suaradewata/bbcom).
Berita Terkini
Berita Terkini
Pemkot Denpasar Imbau Warga Beli LPG 3 Kg di Pangkalan Resmi
10 Januari 2025
Audiensi Bersama Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan
10 Januari 2025
Bappebti Serahkan Pengawasan Aset Kripto ke OJK dan BI
10 Januari 2025