Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

JL. Patih Nambi XII No.5, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara

Call:081353114888

redaksi@baliberkarya.com

Pada 2019, Sektor Pariwisata Akan Jadi Penghasil Devisa Terbesar

Kamis, 29 September 2016

Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

Baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com - Badung. Menteri Pariwisata Indonesia Arief Yahya secara tegas menyatakan bahwa pemerintah, pelaku pariwisata, generasi muda yang bekerja di bidang pariwisata tidak boleh tidur sebelum mengalahkan kunjungan wisata dengan Malaysia dan Thailand. 
 
 
Hal ini disampaikan Menpar Yahya saat berbicara di Kampus Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Negeri Bali di Nusa Dua, Kamis 29 September 2016. Di hadapan ratusan wisudawan dari STP Bali tersebut, Menpar memberikan motivasi jika generasi muda Indonesia yang akan bergerak di bidang pariwisata nanti tidak boleh tidur sebelum bisa mengalahkan Malaysia dan Thailand dan kini termasuk negera kecil seperti Singapura. 
 
 
"Kamu tidak boleh tidur sebelum kalahkan Malaysia dan Thailand. Karena pariwisata Indonesia selama ini terlalu lama tidur. Maka sekarang kita harus bangun dan tidak boleh tidur lagi sebelum mengalahkan Malaysia dan Thailand. Kalau kita tidur maka kita akan tertinggal jauh, sekalipun Indonesia ini besar, potensinya besar," pintanya.
 
 
Menurut Yahya, Indonesia bersama generasi mudanya perlu mengetahui kelemahannya sendiri di bidang pariwisata. Setelah mengetahui kelemahan sendiri, kata Yahya, harus juga mengetahui kelemahan musuh atau kompetitor.  Sampai saat ini, ujar Yahya, kelemahan Indonesia adalah promotion dan place (destinasi). 
 
 
Dalam hal promosi, lanjut Yahya, branding pariwisata Indonesia yakni Wonderful Indonesia sebelumnya sangat lemah. Tahun 2013 branding Wonderful Indonesia tidak ada rangking sama sekali karena saking jeleknya. Sementara Truly Asia dari Malaysia dan Amazing Asia dari Thailand lebih bagus dan dampaknya sangat besar bagi kunjungan pariwisata di kedua negara tersebut. 
 
 
"Atas kelemahan itu maka kita dikalahkan oleh Malaysia, Thailand dan bahkan Singapura. Malaysia mampu mendatangkan 27 juta wisatawan, Thailand mampu mendatangkan 25 juta wisatawan dan Singapura mampu mendatangkan 20 juta wisatawan. Emosional kompetitor kita adalah Malaysia dan Thailand. Thailand mempromosikan sebagai Bali-nya Asia. Ini sungguh menyakitkan Indonesia," tegasnya.
 
 
Sampai saat ini, sambung Yahya, devisa Indonesia dari bidang pariwisata hanya 10 miliar dolar dari 10 juta kunjungan wisatawan dengan komposisi penduduk Indonesia sebanyak 250 juta lebih. Dari jumlah tersebut Bali memberikan kontribusi sekitar 4 miliar dolar. 
 
 
Sementara Malaysia mampu meraih devisa 30 miliar dolar dari 27 juta kunjungan wisatawan dengan total penduduk di Malaysia yang hanya berkisar sekitar 20 juta penduduk. Padahal Indonesia memiliki banyak potensi pariwisata, dengan negara yang besar.
 
 
Yahya memandang sejak tahun 2015 lalu, pemerintah telah menetapkan pariwisata sebagai sektor unggulan. Layaknya sebuah korporasi, pemerintah harus memiliki inti bisnis (cor bisnis) di sektor pariwisata dan tahun 2016 akhirnya pariwisata jadi cor bisnis. Pemerintah berdasakan kajian yang mendalam menyakini jika masa depan pariwisata akan relatif bagus. 
 
 
"Potensi kita bagus, performansi yang buruk akan terus ditingkatkan. Culture Indonesia jadi top twenty in the world. Price kita bagus, bersaing di dunia. Sangat mudah ditebak, masalah utama adalaha promosi dan place. Marketing kita sangat bagus, branding wonderful Indonesia sangat bagus," jelas Arif. 
 
 
Tahun 2016, branding Wonderful Indonesia lompat 100 kali lipat hingga mencapai peringkat 45 dunia yang sebelumnya hanya mencapai 145. Branding Indonesia mampu melompat melewati Thailand dengan Amazing Asia yang hanya meraih peringkat 85. Yang lebih menggembirakan lagi branding Indonesia dengan Wonderful Indonesia mampu melewati branding Malaysia dengan Truly of Asia yang hanya meraih peringkat 96. 
 
 
Pariwisata diproyeksikan sebagai penghasil devisa terbesar setelah minyak bumi. Tahun 2019 pariwisata akan menjadi devisa terbesar. Kalau sebelumnya ada sektor Migas dan Non Migas, maka tahun 2019 akan berubah menjadi sektor pariwisata dan non pariwisata.(BB).


Berita Terkini