Hasil Penelitian Sebut Pria Lebih 'Banci Ponsel' Ketimbang Wanita. Benarkah?
Selasa, 12 Juli 2016
istimewa
Baliberkarya.com - Internasional. Sebuah penelitian terbaru menyatakan bahwa ternyata kaum pria lebih sering memegang dan mengecek ponsel ketimbang wanita.
Sebuah studi yang dilakukan oleh pihak Kaspersky Lab menyatakan bahwa pria lebih tidak mampu mengabaikan ponsel mereka, ketimbang wanita.
"Wanita mampu menunggu dua kali lebih lama untuk menyentuh smartphone mereka, tetapi tidak satu pria atau wanita pun yang bisa bertahan lebih dari satu menit untuk tidak menyentuh ponsel," ungkap pihak Kaspersky Lab di keterangan resminya.
Penelitian, yang dilakukan atas nama Kaspersky Lab oleh Universities of Wrzburg dan Nottingham Trent, menemukan bahwa peserta penelitian yang berada di ruang tunggu sendirian rata-rata hanya bertahan selama 44 detik sebelum menyentuh ponsel mereka.
"Pria bahkan tidak mampu bertahan lebih dari setengah waktu ini, rata-rata hanya mampu menunggu selama 21 detik saja, apabila dibandingkan dengan wanita yang mampu menunggu selama 57 detik," ungkap penelitian tersebut.
"Untuk mempelajari lebih dalam lagi mengenai kedekatan kita terhadap perangkat digital, setelah sepuluh menit para peserta ditanya berapa lama mereka pikir waktu yang dibutuhkan sebelum mereka mengecek ponsel. Kebanyakan dari peserta mengatakan antara dua dan tiga menit, menunjukkan adanya sebuah perbedaan yang jelas antara persepsi dan perilaku aktual," tambah mereka.
Mengomentari temuan ini, Jens Binder dari University of Nottingham Trent mengatakan bahwa penelitian menunjukkan bahwa pada kenyataannya kita terikat jauh lebih dalam lagi pada ponsel, dibandingkan yang kita sadari, dan telah menjadi sifat kedua kita untuk beralih ke ponsel ketika ditinggal sendirian bersama perangkat digital tersebut.
"Kita tidak bisa lagi hanya menunggu. Kecepatan informasi dan interaksi yang disampaikan melalui perangkat digital ini membuatnya lebih dari sekedar teknologi semata, tetapi sudah seperti pendamping digital dan koneksi bagi kita ke dunia luar," tambah Binder.
Kedua universitas juga melakukan penelitian tambahan yang menunjukkan bahwa dorongan untuk memeriksa smartphone sebagai akibat dari rasa takut ketinggalan berita menarik di internet dan jejaring sosial dan/atau takut tidak eksis atau fear of missing out (FoMo).
Bahkan dalam survei yang menyertai penelitian ini, para peserta yang lebih sering menggunakan ponsel mengakui bahwa mereka memiliki tingkat FoMo yang lebih tinggi.
"Semakin sering peserta menggunakan ponsel, maka semakin mereka merasa takut ketinggalan berita menarik di internet dan jejaring sosial ketika tidak mengakses perangkat digital tersebut. Sulit mengatakan mana di antara keduanya yang menyebabkan hal tersebut apakah kita menggunakan smartphone lebih sering karena kita merasa takut ketinggalan berita menarik di internet dan jejaring sosial dan/atau takut tidak eksis, atau apakah karena terlalu seringnya kita menggunakan ponsel sehingga memunculkan perasaan khawatir tersebut," ujar Astrid Carolus dari University of Wurzburg.
Penelitian ini juga menemukan bahwa semakin sering kita menggunakan ponsel kita, maka kita menjadi lebih stres. Namun yang mengejutkan, ketika peserta ditanya mengenai tingkat kebahagiaan mereka secara keseluruhan, tidak ditemukan perbedaan antara pengguna yang sering dan jarang menggunakan smartphone. Jadi stres yang disebabkan oleh penggunaan ponsel tampaknya tidak memiliki pengaruh besar pada kesejahteraan kita secara umum.
Selama waktu tunggu 10 menit, rata-rata peserta menggunakan ponsel mereka selama hampir setengah dari waktu tersebut (lima menit). Seperti penelitian sebelumnya oleh Kaspersky Lab yang menunjukkan bahwa saat ini kita sangat bergantung pada perangkat mobile sebagai perpanjangan dari otak kita, menggunakannya sebagai alat sehingga kita tidak perlu mengingat fakta lagi.
Mayoritas peserta, misalnya, saat ini tidak bisa mengingat nomor telepon pasangan mereka, tetapi masih bisa mengingat nomer telepon rumah ketika mereka berumur sepuluh tahun.
"Ponsel merupakan bagian integral dari kehidupan kita saat ini, tetapi kita juga harus ingat bahwa masih banyak orang yang memandang perangkat digital ini secara cuma-cuma. Memiliki ponsel di mana saja dan sepanjang waktu sering membuat kita lupa betapa berharganya perangkat ini sebenarnya sebab banyaknya kenangan pribadi dan data-data lain yang mereka simpan" tambah David Emm, senior security researcher di Kaspersky Lab.
"Perangkat digital ini tidak hanya berharga dan penting bagi kita, tetapi juga bagi penjahat. Jika informasi pribadi kita berhasil dikompromikan dengan cara apapun, baik itu melalui pencurian atau serangan malware, maka kita berisiko kehilangan koneksi dengan teman-teman dan sumber-sumber informasi, pungkasnya.(BB/inilah).