Masyarakat Kritisi Ulah Ormas
Minggu, 05 Juni 2016
Baliberkarya/ist
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com-Denpasar. Ulah ormas tertentu yang menganggu keamanan dan kenyamanan masyarakat, bahkan sampai bertindak anarkhis dan menelan korban jiwa, mengundang keprihatinan dan kritik warga masyarakat.
Hal itu tergambar dlam Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS) di Lapangan Puputan Margarana Niti Mandala Denpasar, Minggu (5/6/2016).
Tokoh masyarakat yang juga mantan komisioner KPU-I, I Gusti Putu Artha, permasalahan ormas selama ini telah menjauhkan Bali dari citranya sebagai tempat yang aman. Pihaknya mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk selalu mawas diri dan kembali ke jatidiri masyarakat Bali sebenarnya. Dirinya juga mengkhawatirkan adanya pihak luar yang memprovokasi dan banyak anak muda yang tidak mengerti malah ikut tersulut.
Artha menyarankan agar segera diadakan pertemuan yang mengundang bupati/walikota serta unsur TNI Polri yang diikuti oleh segenap anggota ormas untuk membuat kesepakatan.
Selain ormas, Artha menilai ada isu yang cukup meresahkan akhir-akhir ini yaitu isu agama dan rasis yang banyak beredar terutama di media sosial. Pihaknya Artha sangat menyayangkan isu yang berkembang terlebih jika dimanfaatkan untuk kepentingan politik semata.
“Di seluruh dunia, agama adalah isu yang paling ampuh untuk dijual demi kepentingan politik, dan saya takut hal itu terjadi. Kita harus berkaca dari tragedi Poso dan Sampit, perlu bertahun-tahun untuk memulihkan situasi dan hingga sekarang masyarakat masih trauma. Saya tidak ingin itu terjadi di Bali. harga NKRI itu sangat mahal makanya saya ingin mengajak masyarakat terutama anak muda untuk terus menjaganya,” tegasnya.
Dia juga mengingatkan, untuk menjadi masyarakat yang cerdas dalam menyalurkan aspirasi politik, juga pintar menilai rekam jejak setiap tokoh politik. Selain itu dia juga menggugah masyarakat untuk bahwa kita bersudara di bawah naungan NKRI dan Pancasila.
“Sejarah mencatat ketika Bali diserang Raja Badung memerintahkan warga Badung yang beragama Islam untuk memberikan perlawanan, begitu juga Raja karangasem yang menjadikan warga Bali beragama Islam menjadi tameng serangan laut kolonial, sehingga kita kenal istilah Nyame Selam, jangan sampai kondisi Bali chaos hanya gara-gara ambisi satu orang,” tegasnya.
Dalam podium yang sama, Ida Bagus Edi Damanjaya, seorang mahasiswa, berorasi mengajak generasi muda untuk tidak ikut arus dengan mengikuti himpunan yang kegiatannya belum jelas seperti ormas tersebut.
“Memasuki era globalisasi, saya mengingatkan anak muda untuk lebih meningkatkan daya saing dan asah diri, tentu saja tetap dengan menunjukkan sebagai masyarakat yang beragama,” ujar generasi muda Bali pada acara yang dihadiri Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan Wakil Ketua DPRD Bali Nyoman Sugawa Korry itu. (BB)