Gerakan Seribu Tangan Palsu, ITB STIKOM Bali dan ITS Jadi Garda Terdepan Bantu Disabilitas

  20 Oktober 2022 SOSIAL & BUDAYA Badung

Wakil Rektor 3 ITB STIKOM Bali, I Made Sarjana dalam Gerakan Seribu Tangan Palsu

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Kampus yang dikenal dengan tagline 'always the first" ITB STIKOM Bali bersama ITS Surabaya dan Dinas Sosial Kota Denpasar berkolaborasi melakukan aksi mulia membantu penyandang disabilitas lewat Gerakan Seribu Tangan Palsu. 

"ITB STIKOM Bali ingin selalu jadi garda terdepan, be the first tak hanya bidang akademik saja tetapi juga memerankan fungsi sosialnya lewat Gerakan Seribu Tangan Palsu ini," jelas Wakil Rektor 3 ITB STIKOM Bali, I Made Sarjana kepada awak media di Jimbaran Hub, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Kamis (20/10/2022).

Gerakan Seribu Tangan Palsu, menurut Sarjana merupakan gerakan ini bagian dari implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Selain itu, aksi ini adalah sebuah inisiatif dalam bentuk sumber terbuka pembuatan tangan palsu yang melibatkan akademisi, pemilik usaha, media, masyarakat dan pemerintah dengan semangat saling membantu.

Foto: Wakil Rektor 3 ITB STIKOM Bali, I Made Sarjana (tengah baju safari warna coklat). 

"ITB STIKOM Bali ingin membantu saudara-saudara kita yang difabel khususnya cacat fisik. Lewat bantuan atau Gerakan Seribu Tangan Palsu ini kita berharap kaum difabel akan lebih produktif lebih bisa berkontribusi melakukan aktivitasnya yang bermanfaat tak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga untuk orang lain, lingkungan," ungkap Sarjana. 

Sementara, Ketua Pelaksana Program Pengabdian kepada Masyarakat Prioritas ITS, Djoko Kuswanto, menjelaskan gerakan ini merupakan sebuah upaya yang serius dan sungguh-sungguh guna memperhatikan perkembangan inovasi khusus difabel. 

Gerakan Seribu Tangan Palsu ini, jelas Djoko Kuswanto merupakan pengembangannya atau pembuatan tangan palsu dilakukan dengan teknologi printer 3D yang disesuaikan dengan kondisi fisik difabel. Dengan pengembangan teknologi ini, ITS mencoba mendesain tangan palsu itu, dan diprint oleh berbagai pihak termasuk kolaborasi pentahelix yang dilakukan di Bali bersama ITB STIKOM Bali.

"Kami sangat mengapresiasi itikad mulia dan serius ITB STIKOM Bali, pemerintah, lembaga sosial di Bali, sekolah, ini kolaborasi pentahelix, semuanya punya panggilan tanggung jawab kemanusiaan untuk membantu saudara-saudara kita kaum difabel agar mereka makin produktif tetap bisa beraktivitas," jelas Djoko Kuswanto. 

Gerakan Satu Tangan Palsu ini berbasis teknologi printer 3D model prostetik tangan open source karya laboratorium Integrated Digital Design ITS. Inovasi ini juga didukung Asosiasi Printer Tridimensi Indonesia dengan model prostetik yang akan selalu di-update. Dengan teknologi seperti itu, ujar Djoko, akan tercipta produk tangan palsu dan bentuk socket yang aman dan nyaman dipakai oleh difabel.

"Saya yakin ITB STIKOM Bali sangat tepat untuk bekerjasama membantu sahabat-sahabat kita kaum difabel agar mereka dapat lebih leluasa beraktivitas melakukan hal-hal yang berguna bagi dirinya juga lingkungan," ucap Djoko Kuswanto seraya berharap gerakan ini berkelanjutan untuk membantu kaum difabel.(BB).