FITB ITB dan TPPAS Sarimukti Solusi Darurat Jadi Tantangan Lingkungan
Rabu, 27 November 2024
Foto: FITB ITB dan TPPAS Sarimukti
Baliberkarya.com-Jawa Barat. Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Sarimukti yang terletak di Desa Sarimukti, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat kini harus menghadapi sebuah tantangan besar.
Pasalnya TPPAS yang semula dibangun sebagai solusi darurat pasca longsor besar di TPPAS Leuwigajah pada tahun 2005 itu awalnya dirancang untuk menampung hanya 2 juta ton sampah, namun sejak mulai beroperasi sebagai TPPAS Regional pada Mei 2006, kapasitasnya yang semula dirancang untuk 2 juta ton sampah tersebut kini terus membludak jauh melampaui kapasitas yang semula dirancang hingga mencapai 16 juta ton, atau sekitar delapan kali lipat dari kapasitasnya.
Hal tersebut terjadi dikarenakan TPPAS Sarimukti menjadi tempat akhir perjalanan sampah dari empat kota besar yaitu Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat.
Pertanyaannya adalah seberapa besar kapasitas ruang timbunan sampah yang masih memungkinkan terus dilakukan sehingga tidak membawa petaka bagi warga maupun pekerja yang masih mengais rejeki di sekitar timbunan sampah.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, tim pengabdian masyarakat dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) ITB yang diketuai oleh Dr. Eng. Asep Saepuloh dengan anggota Dr. Astyka Pamumpuni dari Prodi Teknik Geologi, Muhammad Rais Abdillah, Ph.D dari Prodi Meteorologi, Sella Lestari Nurmaulia, M.T. dari Prodi Teknik Geodesi dan Geomatika, serta mahasiswa-mahasiswa MBKM FITB-ITB baru-baru ini melakukan penelitian dengan judul Observasi Geologi dan Analisis Spasial Untuk Optimalisasi Lahan Urug TPPAS Sarimukti.
Dalam penelitian tersebut tim pengabdian masyarakat FITB menemukan bahwa kapasitas optimal TPPAS Sarimukti dengan memperhatikan faktor morfologi sudah tercapai sejak tahun 2010. Setelah tahun 2010, tumpukan sampah yang menggunung tidak lagi memiliki pembatas topografi sebagai penahan gelinciran terutama di sisi selatan.
Selain itu, kontribusi air limpasan yang berasal dari air hujan juga menjadi faktor yang memberi beban tambahan terhadap tumpukan sampah karena TPPAS Sarimukti ini berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Sarimukti dengan area yang cukup luas sekitar 160 ha.
Berdasarkan curah hujan minimun dan maksimum terhadap luas DAS, tim FITB menghitung debit air limpasan yang masuk ke DAS Sarimukti tertinggi sekitar 114 m³/s pada dua puncak musim hujan yaitu November dan Maret, serta terendah sekitar 31 m³/s pada puncak musim kemarau yaitu Agustus.
Hasil kajian yang diperoleh tim pengabdian masyarakat FITB sudah disampaikan kepada Ketua UPTD Pengelolaan Sampah Regional Jawa Barat dan jajarannya pada hari Kamis 21 November 2024 melalui kegiatan workshop di Kantor UPTD DLH Provinsi Jawa barat Jl. Kawaluyaan Indah Raya, Kota Bandung.
Adapun rekomendasi yang diberikan oleh tim pengabdian masyarakat FITB yaitu: 1) Relokasi TPA sangat direkomendasikan karena kapasitas ruang yang lebih kecil dari pada volume sampah yang bercampur air limpasan, serta daya data dukung geologi yang sangat rendah; 2) Keberadaan sesar turun di sisi Barat perlu dihindari dari kegiatan penimbunan sampah untuk mengantisipasi penetrasi cairan lindi ke dalam air tanah. Pembatas seperti tembok yang kedap direkomendasikan untuk sisi barat; 3) Berdasarkan data temperatur dan konduktifitas tanah, di sisi barat dan selatan memiliki kerentanan paling tinggi sehingga perlu dibatasi ketebalan timbunan sampah
Keempat, rekayasa sistem drainase ke arah selatan yang tahan terhadap tekanan sampah perlu dibuat agar beban tumpukan sampah oleh air limpasan berkurang. Kelima, rekayasa penahan gelincir material sampah yang kuat, tetapi mampu meloloskan air, di sisi selatan perlu dibuat untuk mengantisipasi terjadinya longsor sampah. Penahan seperti bronjong disarankan untuk digunakan.(BB).