Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

JL. Patih Nambi XII No.5, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara

Call:081353114888

redaksi@baliberkarya.com

Miris! Pemerintah 'Setengah Hati' Membuat Industri Kreatif di Bali 'Mati Suri'

Rabu, 21 Maret 2018

Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

ilustrasi/BB

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Sejumlah pengusaha lokal Bali memandang saat ini industri kreatif Bali dalam keadaan "mati suri". Pasalnya, menurut mereka yang terjadi hingga kini masih berkutat diantara data dan angka semata. 
 
 
Pelaku usaha yang tiap harinya berkutat di usaha logistik yang juga pemilik Khrisna Cargo, Agung Mahendra mengatakan meskipun diakui data dan angka itu diperlukan, namun yang lebih penting baginya bagaimana menyentuh persoalan industri kreatif itu sampai ke akar masalah yang sebenarnya. 
 
"Bali itu sebenarnya punya kreatifitas yang lebih dibandingkan daerah lain. Tapi sayangnya industri kreatif kita terkesan mati suri bahkan mau mati kayaknya," ucap Mahendra disela Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Ekonomi Kreatif Penggerak Industri Kreatif Pariwisata di Bali yang digelar Bisnis Indonesia bersama BUMN dan Bank Mandiri di Denpasar, Kamis (21/3/2018). 
 
 
Menurut Mahendra, persoalan yang dihadapi di Bali yaitu masih kurang percaya dirinya para pengusaha dalam menembus pasal global melalui ide kreatifnya. Pengusaha yang malang melintang dengan segudang pengalaman ini mengaku, Bali sebagai tujuan wisata dunia banyak inspirasi karya kreatif yang bisa diserap. 
 
"Bisa saja ide kreatif yang datang dari penjuru dunia dikembangkankan di Bali, tanpa meninggalkan kearifan lokal," ungkapnya.
 
 
Selain itu, kata Mahendra, fokus dalam menjalankan usaha juga jadi persoalan tersendiri yang sifatnya masih individu. Bahkan, belum adanya komunitas yang menggarap, padahal dari ketersediaan hotel dan penginapan yang tersedia jumlahnya mencapai ratusan ribu. 
 
 
"Sebenarnya potensi pasar juga sudah ada di depan mata, tapi kenapa ini tidak digarap maksimal," katanya heran. 
 
Kalau saja potensi itu digarap maksimal, Mahendra yakin bukan saja produk sayur mayur yang bisa digarap tapi produk produk lainpun bisa dikembangkan. Namun, Mahendra mengakui acapkali produk kreatifitas atau handycraft belum bisa maksimal digarap. 
 
 
Lebih jauh Mahendra menyebut jika ini bisa dikembangkan tentu sangat membantu para crafter, kemudian mampu keluar dari zona nyaman dan masuk ke dunia e-commerce. Sebelum masuk dalam dunia e-commerce, Mahendra menyarakan produk hasil kreatif ini mesti punya ruang yang disediakan oleh pemerintah dan swasta. 
 
"20 persen sampai 30 persen saja ruang yang disediakan bagi industri kreatif tentu akan sangat membantu. Saat ini serapannya industri kreatif Bali di sektor pariwisata belum mencapai 20 persen apalagi 30 persen," sebutnya.
 
 
Mahendra berasumsi political will pemerintah dalam mendorong industri kreatif belum maksimal bahkan terkesan setengah hati, dan hanya sebatas program padahal sudah memilik kebijakan dalam bentuk peraturan daerah (Perda).
 
"Tinggal bagaimana pemerintah sifatnya memaksa melalui peraturan tadi (Perda) agar sektor pariwisata bisa betul-betul mendorong maju dan berkembangnya industri kreatif di Bali," saranya mengakhiri.(BB).


Berita Terkini