Penari Berko Jembrana Dadong Barak Usia Kurang Lebih 120 Tahun Tetap Energik

  19 Februari 2022 SOSIAL & BUDAYA Jembrana

Ket Poto, penari kondang Berko Ni Ketut Nepa yang sering dipanggil Dadong Barak

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Balierkarya.com - Jembrana. Seorang nenek bernama Ni Ketut Nepa merupakan salah satu  warga Lingkungan Pancardawa, Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, diketahui sekarang memiliki umur kisaran kurang lebih 120 tahun akan tetapi terlihat masih segar dan energik.

Ni Ketut Nepa yang sering dipanggil Dadong Barak  ini masih memiliki tenaga layaknya nenek lain yang masih berumur sekitar 70 tahun. Setelah diselidiki Dadong Barak ternyata merupakan penari kondang yang satu satunya penari Berko yang tersisa hingga kini berumur ratusan tahun tersebut memulai menari saat berusia 15 tahun sekitar tahun 1916.

Diketahui kesenian ini merupakan hiburan masyarakat Jembrana pada tahun 1920-an, hingga kini hanya meninggalkan nama saja dikarenakan susahnya regenerasi penabuh dan penarinya. Dadong Barak memiliki 12 anak. Selain sebagai penari berko dan juga gemar mekekidung (tembang tradisional Bali) dirinya juga berjualan keliling menjual ikan segar ke desa-desa.

Bersama anak dan cucunya, Dadong Barak tinggal dirumah sangat sederhana tepatnya di Tempek Munduk Jati, Lingkungan Pancardawa, Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana. Sebagai penari yang bersejarah dan memang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah dengan keadaannya sekarang.

Saat ditemui awak media waktu lalu, Selasa (11/01/2022), Ni Ketut Nepa dengan sapaan Dadong Barak ini sangat antusias disaat para media mempertanyakan kisahnya sebagai seniman penari Berko. “Dulu pertama kali saya menari Berko saat usia 15 tahun, pada tahun 1916 kalau tidak salah. Awalnya hanya hiburan, tampilnya juga pada jaman dulu tahun 1930-an pada sore hari karena dulu belum ada listrik, jadi penerangan hanya menggunakan obor dan sentir (lampu tradisional),” terangnya.

Selain sebagai penari, lanjut Dadong Barak, dirinya dulu juga bekerja sebagai pedagang keliling, biasanya setiap pagi Ia berkeliling menjual ikan laut segar di daerahnya hingga ke desa sebelah, "dulu apapun pekerjaan saya ambil, tapi paling laris menjual ikan laut, karena daerah saya jauh dari laut, ikan disini paling laku, tapi kalau ada musim buah saya jual buah juga keliling, setelah berjualan baru menghibur diri bersama 60 orang penabuh lainnya yang kini sudah meninggal semua," ucapnya.

Sekarang diusia sudah lebih dari 1 abad ini, dirinya hanya bisa menikmati hidupnya yang serba berkecukupan, namun ketika merasa bosan Ia biasanya mengunjungi cucu atau buyutnya yang ada di utara tempat tinggalnya itu. "Kalau bosan di rumah saya juga mencari kayu bakar, tapi secukupnya saja saya bawa, tenaga saya tidak seperti dulu lagi, tapi saya kalau sudah disuruh menari Berko pasti bersemangat," ujarnya.

Dulu semasa penjajahan Jepang antara tahun 1942 sampai tahun 1945, imbuh Dadong Barak,  sangat menggemari kesenian Berko ini. "Saya dengan almarhum suami memang senang Berko, suami menjadi penabuh, saya menjadi penari. Sayangnya memasuki era 1970-an, kesenian itu mulai meredup dan makin tenggelam pada 1980. Sebabnya lantaran tidak ada perhatian dari pemerintah," tegasnya.

Namun demikian, lanjut Dadong Barak, Ia bersama almarhum sang suami dulunya tetap mengajarkan tetabuhan dan tarian Berko kepada generasi muda, meski tidak mendapatkan upah sepeserpun, "kami hanya ingin kesenian Berko ini tetap ada, dan tidak punah, mudah-mudahan kesenian asli Jembrana (Berko) ini cepat mendapatkan perhatian dari pemerintah, khususnya pemerintah Jembrana ini," harapnya.

Sementara anak ketiganya bernama I Nyoman Sila, 65 tahun yang tinggal bersama Ni Ketut Nepa mengatakan, sekarang dengan keadaannya yang seperti sekarang hanya bisa merawat sang Ibu dengan semampunya. Dirinya juga mengatakan sampai saat ini neneknya kartu merah pun tidak punya. “Kalau diwaktu ibu saya sakit dengan keadaan ekonomi kami seperti ini sering juga saya kebingungan. Mudah-mudahan pemerintah juga melihat keadaan kami ini,” tutupnya. (BB)