Harmonisasi Nyepi Tak Harus Setahun Sekali, IB Putu Dunia. Harus Datang Setiap Saat Sebagai Introspeksi Diri

  23 Maret 2024 TOKOH Denpasar

Ket poto: Ketua Umum Perkumpulan Dharmopadesa Pusat Nusantara (PDPN) Marsekal TNI (Purn) Ida Bagus Putu Dunia

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com - Denpasar. Perayaan hari raya Nyepi yang jatuh setiap setahun sekali oleh umat hindu di Bali dimaknai sebagai harmonisasi alam semesta melalui ajaran agama Hindu. Hal ini juga sebagai upaya untuk introspeksi diri dalam menjalani kehidupan.

Meski demikian, Ketua Umum Perkumpulan Dharmopadesa Pusat Nusantara (PDPN) Marsekal TNI (Purn) Ida Bagus Putu Dunia, kepada Pasemetonan Dharmopadesa, fokus atau sentralisasi harmonisasi itu, diharapkan tidak harus menunggu datangnya setahun sekali, namun harmonisasi itu harus datang setiap saat.

Dalam hal ini, pasemetonan Dharmopadesa diharapkan selalu mengambil konsep “Ngulat Tikeh Emas” (Menganyam Tikar Emas). Yang mana untuk kata Ngulat memiliki makna untuk menyatukan agar selalu bersatu. Sedangkan, untuk Tikeh memiliki arti, supaya menjadi tempat yang nyaman untuk duduk, untuk tidur. “Jadi, tikeh yang dimaksud, agar bisa melayani pasemetonan umat,” kata Marsekal TNI (Purn) Ida Bagus Putu Dunia saat memberikan sambutan pada Dharma Santhi Nyepi Isaka Warsa 1946, yang dilaksanakan di Pura Sakenan, Serangan, Denpasar, Sabtu 23 Maret 2024.

Menurutnya, kata Emas yang dimaksud, memiliki makna sebagai barang yang memiliki nilai. Dalam hal ini, kita semua harus mempunyai nilai, sebagai upaya meningkatkan nilai kualitas diri. “Jadi kalau cerita Nyepi, maka pasemetonan Dharmopadesa tidak perlu harus menunggu setahun untuk harmonisasi. Dalam keseharian, anggota Dharmopadesa harus mengharmonisasi diri,” harapnya di acara yang sebelumnya diawali prosesi Mejaya-jaya pengurus Dharmopadesa Pusat Nusantara cabang Denpasar.

Rangkaian kegiatan yang digelar untuk penetapan pengurus Dharmopadesa Pusat Nusantara cabang Denpasar, telah dilaksanakan pada akhir tahun 2023. “Hari ini digelar prosesi mejaya-jaya di Pura Sakenan. Karen kegiatan ini berkaitan dengan hari raya Nyepi, maka juga sekaligus digelar Dharma Santhu untuk merayakan kelanjutan dari proses hari raya Nyepi,” ungkapnya.

Dharmopadesa merupakan organisasi pasemetonan wangsa Brahmana Siwa Budha, yang merupakan bagian dari masyarakat umat hindu dharma di Indonesia dan di Bali khususnya. Ke depan pihaknya berharap, perkumpulan ini bisa memberikan sumbangsih
kepada budaya, tradisi, adat, dan agama di Bali dan Indonesia.

“Tujuan dharma santi ini tentunya bagaimana untuk bisa mengharmonisasi kehidupan yang terkandung di dalam konsep Tri Hita Karana, yakni hubungan baik antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam,” terangnya.

Sementara pada Dharma Santhi ini, Ida Pedanda Gede Rai Gunung Ketewel menyampaikan, hari raya Nyepi memiliki makna penyucian pembersihan Jagat. Hal itu dilakukan melalui pelaksanaan pemelastian. Setelah usai pemelastian, dilanjutkan dengan tatanan upacara lain seperti mecaru, pengerupukan, ogoh ogoh. “Pada puncak penyepian, dilaksanakan sipeng, tingkahing surya dan tingkahing sunia,” ucapnya.

Dharma Santhi Perkumpulan Dharmopadesa Pusat Nusantara (PDPN) Cabang Denpasar bertema Malarapan Dharma Santhi Penyepian Isaka Warsa 1946, Ngiring Sareng-Sareng Mulat Sarira Angulati Dharma Agama-Dharma Negara Anggen Dasar Pikukuh Panunggalan Semeton ini, turut dihadiri penglingsir, dan Kereta Upadesa, Peranda dari masing-masing Kabupaten, Dharma Gosana masing-masing Kabupaten, serta seluruh pengurus dari perkumpulan Dharmopadesa Pusat Nusantara, Dharmopadesa seluruh kabupaten di Bali. (BB)