Pemilih Milenial Sulit Dimanja Bansos

Hanya Bisa Bagi Bansos, Dhamantra Khawatir Kualitas Wakil Rakyat Terpilih

  26 Februari 2019 OPINI Denpasar

ilustrasi nett

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Maraknya 'jor-joran' berupa bagi bantuan sosial (bansos) yang dilakukan sebagian besar wakil rakyat yang akan bertarung dalam Pemilu Legislatif (Pileg) sangat disayangkan sejumlah pihak. 
 
 
Keprihatinan itu salah satunya disampaikan oleh polisi PDIP yang juga Anggota DPR RI Nyoman Dhamantra. Dhamantra menilai secara kualitas hasil pileg 2019 nanti baginya cukup mencemaskan. Pasalnya, sebagian besar suara pemilih bersifat irasional, dipengaruhi bansos, kedekatan dan ‘soroh’.
 
"Saya lihat pengaruh bansos begitu besar mempengaruhi suara pemilih konvensional. Sehingga hasil ini akan berdampak pada kualitas hasil wakil rakyat dalam Pileg mendatang," kata Dhamantra dalam keterangannya kepada wartawan di Denpasar, Selasa (26/2/2019).
 
Anggota Komisi VI yang membidangi Industri, Investasi dan Persaingan Usaha ini mengaku pemilih masih kuat dipengaruhi bansos dan angkanya cukup tinggi yakni bisa sampai 90 persen. Dengan kondisi itu, jelas akan sangat berpengaruh pada kualitas figur yang dipilih nantinya. 
 
"Kalau sudah ‘digantung’ bansos, maka pilihan bisa jadi tak rasional. Kita harapkan pembangunan nanti jangan hanya sekedar melahirkan Bansos. Bansos itu ibarat orang lapar dikasih permen dan akhirnya jadi komoditi selama ini," ungkapnya menyayangkan.
 
 
Dhamantra menjelaskan kenapa bansos saat ini begitu kuat mempengaruhi rasionalitas masyarakat dalam memilih wakil rakyat, hal itu menurutnya tidak terlepas dari kondisi ekonomi masyarakat saat ini yang tambah berat bebannya. Ekonomi warga lokal Bali khususnya sekarang ini sangat menurun dibandingkan dulu. 
 
Ket Foto: Anggota DPR RI Nyoman Dhamantra
 
"Bukti kongkrit, dapat dilihat dari tingginya angka transmigrasi. Krama Bali tak mungkin mau bertransmigrasi kalau tak jatuh miskin," sentil Dhamantra.
 
Dahulu, lanjut Dhamantra, krama Bali tak mengalami kesulitan ketika mau bangun pura, melakukan upacara besar di pura dan kegiatan sosial lainnya. Hal itu sambung Dhamantra karena kemandirian ekonomi warga lokal terjaga dengan baik sehingga tak perlu ke sana-sini cari bansos. 
 
Baginya, kemandirian ekonomi ini penting untuk di Bali terkait dengan kewajiban dari pada masyarakat Bali yang beragama Hindu untuk melakukan Yadnya. Tapi kalau Bansos terus yang dikembangkan sementara kemandiriannya hilang maka kemandirian masyarakat Bali itu akan hilang dan transmigrasi akan bertambah besar.
 
 
"Kalau bicara dengan harapan masyarakat, bicara persoalan kesejahteraan maka buatlah kebijakan yang menyentuh perut, jangan berkutat seputaran warna yang tidak begitu penting dan  mendesak," harapnya.
 
Meski begitu, Dhamantra mengakui tak semua pemilih bisa dimanja dengan bansos tersebut. Sebab dalam pileg ini jumlah pemilih milenial, kalangan muda sangat besar. Jadi dari kalangan milenial cerdas ini diharapkan bisa melahirkan pemimpin yang memiliki kemampuan untuk membawa kemajuan bagi Bali.
 
"Anak muda ini adalah pemilih cerdas dan sangat rasional sehingga sulit digoyang dengan bansos. Mereka pasti melihat program figur yang akan dipilih, bukan karena bansosnya," tegas anggota dewan dua periode ini.(BB).