Proyek Senderan 3 Lokasi di Jembrana Hampir Rampung Dilanjutkan Tahun Depan
Kamis, 15 Desember 2022
Ket poto : Bupati Jembrana I Nengah Tamba saat memantau proyek senderan di Pantai Gilimanuk
Baliberkarya.com – Jembrana. Proyek senderan di tiga tempat diantaranya Pantai Delod Berawah, Pantai Candikusuma dan Pantai Gilimanuk total sepanjang 3 Km pengerjaannya sudah hampir selesai. Sebelumnya ketiga tempat tersebut merupakan langganan abrasi yang parah.
Proyek yang menelan anggaran sebanyak Rp. 40 miliar dari Kementrian PUPR Pusat lewat Balai Wilayah Sungai Bali Penida sudah hampir selesai hanya menyisakan pengerjaan hanya sepanjang 6 meter dan akan dilanjutkan di tahun 2023.
Saat dikonfirmasi awak media disela-sela pemantauan proyek di Gilimanuk Bupati Jembrana I Nengah Tamba mengatakan, terkait dengan proyek revitmen pantai untuk mengatasi abrasi di pesisir Jembrana menurutnya menjadi tanggung jawab Balai Wilayah Sungai Bali-Penida "Sebenarnya balai punya tanggung jawab. Karena ada masyarakat kita disini, apakah kita lakukan penjajakan untuk melihat dampak terhadap warga kita," ujarnya. Kamis (15/12/2022)
Pihaknya mengatakan dampaknya sangat positif, masyarakat merasa gembira karena beberapa tahun kemarin gelombang tinggi sempat masuk ke rumah warga. "Untuk tahun depan sudah kami perjuangkan, karena masih ada beberapa titik yang paling kritis abrasi, seperti di Pebuahan hingga merusak rumah warga. Pebuahan Nilai itu Rom 100 milyar 2. Masyarakat dimohon bersabar, semoga bisa di relisasikan tahun depan," jelasnya.
Sementara Kadis Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (PUPRPKP) Jembrana I Wayan Sudiarta mengatakan, total terdampak abrasi di Jembrana sekitar 71 kilometer, dan yang sudah ditangani dengan melakukan revetmen pantai dengan menggunakan batu armor diantaranya Desa Penyaringan, Kelurahan Gilimanuk, Desa Candi Kusuma, Desa Baluk, Desa Delod Berawah, dan Desa Pulukan,
“Dari total yang sudah ditangani itu, masih banyak yang belum mendapatkan penanganan, seperti contoh yang paling kritis itu ada di daerah Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru. "Masih banyak belum di tangani, yang paling kritis di Pebuahan. Tahun 2023 kami usulkan Rp. 100 milyar untuk penanganan di Pebuahan sepanjang 2 kilometer, termasuk Desa Cupel 350 Meter," pungkasnya. (BB)