Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

JL. Patih Nambi XII No.5, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara

Call:081353114888

redaksi@baliberkarya.com

Spirit Bung Karno "Membumi", Gus Marhaen: Jadikan "Sesuluh" Hidup Berbangsa dan Bernegara

Minggu, 21 Juni 2020

Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

Ketua Yayasan Perpustakaan Bung Karno dan pendiri Museum Agung Bung Karno yakni Gus Marhaen saat di depan bagian kepala patung kayu Bung Karno yang rencananya setinggi 11 meter.

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Setiap tanggal 21 Juni merupakan tanggal wafatnya Bapak Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) dan hari bersejarah untuk mengenang presiden pertama RI yakni Ir. Soekarno atau yang akrab dipanggil Bung Karno. Bahkan, setiap tahun tanggal 21 Juni diperingati sebagai hari wafatnya Bung Karno serangkaian bulan Juni sebagai Bulan Bung Karno.

Bagi Gus Marhaen yang merupakan Ketua Yayasan Perpustakaan Bung Karno sekaligus pendiri Museum Agung Bung Karno, peringatan hari wafatnya Bung Karno 21 Juni 2020 ini juga punya makna tersendiri di tengah keprihatinan bangsa Indonesia menghadapi pandemi virus Corona atau Covid-19. Gus Marhaen dengan penuh semangat bercerita dokumen sejarah tentang Bung Karno dan juga Pancasila.

"Refleksi hari wafatnya Bung Karno, mari kita duduk-duduk sejenak merenung mengenang nilai-nilai perjuangan Bapak Proklamator Republik Indonesia," ucap Gus Marhaen ditemui di areal Museum Agung Pancasila yang kini tengah dibangun di atas lahan 25 are di Gang Pancasila, Renon, Denpasar,  Minggu (21/6/2020).

Sambil ngobrol santai dengan para wartawan, Gus Marhaen yang juga merupakan pekerja sejarah dan penggemar sejati Bung Karno ini menuturkan Presiden Republik Indonesia pertama Ir. Soekarno atau Bung Karno lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901 dan wafat pada Minggu 21 Juni 1970 pada usia 69 tahun di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta.

"Walaupun sudah wafat tapi spirit dan roh ajaran-ajaran serta perjuangan Bung Karno terus hidup di hati masyarakat Indonesia bahkan dunia. Kenangan dan fakta-fakta sejarah tentang Bung Karno akan terus hidup dan membumi," tutur Gus Marhaen.

Menurut Gus Marhaen, sebagai Bapak Bangsa, Bung Karno adalah cermin pemersatu bangsa. Baik yang suka maupun tidak suka dengan sosok Bung Karno, tetap saja mengidolakan dan mengagumi ajaran-ajaran dan pemikiran sang proklamator.

"Contohnya Rocky Gerung dan Fadli Zon yang bilang sangat kagum dengan Bung Karno sebagai panutan pemersatu bangsa," ungkap Gus Marhaen.

Bagi Gus Marhaen, Bung Karno adalah sosok pemimpin dan presiden RI yang tidak ada duanya di dunia hingga saat ini. Bahkan secara terus terang, Gus Marhaen juga menyebutkan Presiden Jokowi sekalipun belum ada apa-apanya dibandingkan Presiden Soekarno.

"Belum ada model tokoh pemimpin sekaliber Bung Karno. Susah mencari figur seperti Bung Karno yang bisa pimpin bangsa ini dengan baik adalah sosok yang terlahir model Bung Karno," tegas Gus Marhaen.

Bagi Gus Marhaen, Bali juga sangat bangga punya Presiden pertama RI Bung Karno yang bisa dibilang merupakan orang Bali juga. Sebab ibu Bung Karno berasal dari Bali yakni Ida Ayu Nyoman Rai Srimben. Bahkan berdasarkan fakta sejarah, tutur Gus Marhaen, saat Bung Karno berpidato pada 22 September 1955 di Tanah Lapang Denpasar soal Pancasila, Bung Karno dengan tegas dan terang-terangan menyebutkan diri sebagai orang Bali dengan nama Ida Bagus Made Karna.

"Saya ini orang Bali, nama saya Ida Bagus Made Karna," kata Bung Karno kala itu yang lantas disambut gemuruh dan tepuk tangan riuh masyarakat Bali yang hadir dalam pidato itu.

Gus Marhaen mengakui ucapan tersebut tidaklah main-main dan juga menunjukkan kecintaan Bung Karno pada Bali. "Berbanggalah masyarakat Bali punya presiden pertama seperti Bung Karno," harap Gus Marhaen.

Betapa berjiwa besar dan legowonya Bung Karno demi menjaga keutuhan bangsa dan negara Indonesia juga patut dijadikan refleksi dan diteladani para tokoh dan pemimpin bangsa saat ini. Bung Karno bahkan ingin menunjukkan komitmen mengutamakan kepentingan dan persatuan kesatuan bangsa dan negara Indonesia dengan berkata lantang: "Lebih baik saya tenggelam daripada bangsa ini terpecah belah,".

"Bagi politisi dan para tokoh serta pemimpin bangsa dan negara Indonesia, kalau merasa bangsa akan terpecah ya 'mbok' mari Soekarno dijadikan panutan. Jangan ego sendiri-sendiri dan mengorbankan kepentingan bangsa dan negara," tegas Gus Marhaen.

Tak hanya itu, lanjut Gus Marhaen, selama hidupnya Bung Karno tidak mengedepankan egoisme tetapi  mengedepankan humanity-nya, kemanusiaannya, menjaga persatuan kesatuan bangsa.

"Apa yang sudah Soekarno kerjakan, apa yang sudah dilakukan secara revolusioner itulah sesuluh kita ke depan di dalam kita menjalani hidup, berbangsa dan bernegara," tutup Gus Marhaen.(BB).


Berita Terkini