Virus Corona Mewabah, Kadek "Lolak" Arimbawa Harap Tunda 'Tradisi Mudik'
Selasa, 17 Maret 2020
Baliberkarya
Baliberkarya.com-Denpasar. Jelang pelaksanaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1942 dinilai masih berisiko merebaknya penyebaran virus Corona baru atau Covid-19 di Bali. Pasalnya, hal ini tak lepas dari 'tradisi mudik' oleh warga non Hindu saat berlangsungnya Catur Brata Penyepian.
Melihat realita itu, Ketua DPD Partai Hanura Bali Kadek Arimbawa berharap agar pada Nyepi tahun ini tidak terjadi gelombang mudik besar-besaran sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Politisi yang akrab disapa Lolak itu juga berharap pergerakan orang untuk bepergian ditahan dulu selama masa wabah Corona.
"Saya berharap saudara-sadara kami di luar Hindu, agar tetap berada di Bali pada saat Catur Brata Penyepian. Please jangan mudik dulu deh," harapnya.
Politisi yang berlatarbelakang sebagai seniman ini mengingatkan bahwa imbauan ini juga demi ketenangan bersama. Ia pun membayangkan ada arus perjalanan darat meninggalkan Pelabuhan Gilimanuk di angka lebih 111.000 orang sehingga tentu hal ini akan sangat rawan di masa penyebaran virus Corona.
"Saudara kita yang di luar Bali akan was-was menerima kedatangan seratusan ribu pemudik dari Pulau Bali. Dan sebaliknya pada saat arus balik, kita akan kerepotan lagi, was-was dengan para pemudik yang melakukan perjalanan tersebut," ungkapnya.
Arimbawa juga melihat akan kesulitan petugas di Pelabuhan Gilimanuk, Ketapang, Padangbai dan Lembar menyikapi arus pemudik. Ia menilai petugas akan sangat sulit dan kewalahan melakukan pengecekan suhu badan menggunakan thermo scaner.
"Apalagi pengecekan manual dengan arus orang yang sedemikian besar," jelas suami penyanyi pop Bali, Dek Ulik ini.
Seperti diberitakan, kasus Corona di Indonesia sendiri mengalami lonjakan cukup pesat sejak diumumkan dua pekan lalu. Presiden Joko Widodo juga sudah mengimbau masyarakat agar tidak banyak melakukan aktivitas di luar rumah guna mencegah penyebaran virus Corona.
"Soal virus Corona ini memang luar biasa, mengalahkan segalanya. Tapi ini bukan terjadi di Indonesia saja, melainkan sudah masalah dunia," terang Arimbawa.
Meski begitu, ia tak sependapat jika dilakukan lockdown seperti yang diberlakukan di Italia, Denmark, Irlandia, Filipina dan Singapura. Baginya, frase lockdown ini juga akan menimbulkan dampak kengerian lain, apalagi Bali sebagai daerah pariwisata sehingga sensitivitas soal itu.
"Tidak harus sampai lockdown. Jika diberlakukan lockdown, Negara juga harus memenuhi kebutuhan dasar masyarakatnya. Intinya jauh lebih kompleks," ujar anggota DPD RI periode 2009-2014 dan 2014-2019 ini.
Namun jika lockdown dipahami sebagai pengurangan aktivitas, Arimbawa mengaku setuju. Seperti yang dilakukan saat ini dengan home learning bagi pelajar, home working ataupun pengaturan sistem kerja bagi pegawai, hingga mengurangi aktivitas di luar rumah. Arimbawa yang didaulat memimpin Partai Hanura Bali per 12 Oktober 2019 ini juga menyoroti politisasi virus Corona.
"Janganlah di situasi kepihatinan seperti ini, masalah Corona dipolitisasi untuk saling menyerang. Ini sangat tidak elok," tegas Arimbawa.
Seniman yang sering ngayah didampingi istrinya Dek Ulik dan Yayasan Kesenian Bali-nya ini mengingatkan agar suasana prihatin ini makin mempererat persatuan dan kegotongroyongan sesama manusia.
"Jadikan kasus Corona sebagai momentum untuk meningkatkan solidaritas antar sesama warga bangsa. Semua pihak harus saling bantu, bahu-membahu mencegah penyebaran virus Corona di masyarakat," ajak Arimbawa mengakhiri.(BB).