Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

JL. Patih Nambi XII No.5, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara

Call:081353114888

redaksi@baliberkarya.com

Pengamat Politik Nilai 'Caleg Megandong" dalam Partai Sifatnya seperti 'Parasit'

Selasa, 22 Januari 2019

Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

ilustrasi nett

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Suhu politik di Bali jelang pileg-pilres 2019 semakin dinamis. Bahkan, persaingan tidak terjadi hanya antar partai saja, tapi di internal partai juga 'saling sikut'. 
 
 
Parahnya, di internal PDIP Bali belakangan muncul istilah 'caleg Megandong'. Sebuah sebutan bagi caleg yang menggantungkan perolehan suaranya pada pihak lain khususnya memanfaatkan kedekatan dengan kepala daerah tertentu.
 
Munculnya fenomena 'caleg megandong' di partai yang dipimpin Wayan Koster ini ditanggapi pengamat politik Undiknas Denpasar Nyoman Subanda bahwa 'caleg megandong' lahir di tengah dinamika politik dimana saat melihat ada caleg yang menggantungkan perolehan suaranya pada pihak lain maka ia langsung diberi label 'caleg megandong'.
 
"Secara ilmiah memang tidak ada istilah itu. Tapi karena masyarakat melihat ada fenomenq caleg yang menggantungkan perolehan suaranya pada orang lain tanpa bekerja keras maka munculah istilah caleg Megandong," Kata Subanda  pada awak media, Selasa (22/1/2019).
 
 
Menurut Subanda, 'caleg megandong' ini biasanya bersifat seperti 'parasit' dan tidak mau berinvestasi, tapi menggantungkan kerja politik dan logisitik pada pihak lain. 
 
 
"Praktek megandong ini tentu tidak bagus, caleg tidak melakukan investasi sosial tapi menggantungkan diri pada logisitik atau pengaruh politik orang lain," sentil Subanda.
 
Subanda memandang seorang caleg adalah calon wakil rakyat. Ia dipilih untuk mewakili rakyat, karena itu prosesnya harus berangkat dari dukungan murni masyarakat dan memiliki rekam jejak positif.  
 
Bagi Subanda wakil rakyat adalah posisi terhormat karena dipilih untuk menyuarakan aspirasi rakyat dan bukannya aspirasi orang-orang tertentu. "Kalau investasi sosialnya baik maka tanpa bergantung pada pihak lain pasti akan dipilih," tegas Subanda.
 
Lebih jauh Subanda mengungkapkan karena wakil rakyat posisinya terhormat maka cara untuk meraih kursi wakil rakyat harus menggunakan cara-cara terhormat, bukan dengan 'megandong' pada pihak lain.
 
"Wakil rakyat adalah simbol untuk menggambarkan prilaku pemilih. Karena itu posisinya sangat terhormat," sentil Subanda mengingatkan.(BB).


Berita Terkini