Astaga! Dari Bumi Makepung, Jembrana Berubah Jadi Kota Batu
Selasa, 17 Juli 2018
baliberkarya
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com-Jembrana. Niat baik Pemkab Jembrana untuk mempercantik wajah Jembrana dengan melakukan penataan taman di kawasan kota hingga di perbatasan ternyata menemui batu sandungan.
BACA JUGA : Daftarkan Bacaleg ke KPU Bali, Sudikerta Ingatkan 'Jangan Saling Sikat, Seluk dan Kanibal'
Pasalnya, penataan taman dengan menanam atau meletakan batu-batu berukuran besar, terutama di jalur Denpasar-Gilimanuk, tepatnya di Jalan Sudirman Jembrana mendapat sorotan pedas dari sejumlah warga dan sejumlah anggota DPRD Jembrana.
Warga dan dewan menilai, penanaman atau peletakan batu-batu berukuran sangat besar di jalur nasional tersebut dinilai kurang bagus dan dapat membahayakan pengguna jalan. Bahkan warga dan dewan menilai, Jembrana yang awalnya asri dan hijau kini berubah menjadi kota penuh batu mati.
Menanggapi sorotan masyarakat dan kalangan dewan tersebut, Bupati Jembrana I Putu Artha mengatakan, mengenai pemasangan batu-batu besar di taman median jalan, ini dimaksudkan untuk menciptakan kesan alami pada taman yang dibuat sehingga taman tidak terkesan monoton karena ada unsur lembut/segar yang ditonjolkan oleh tanaman dan ada unsur keras dari batu-batuan.
Hal tersebut disampaikan Bupati Artha saat membacakan jawaban atas pandangan fraksi saat sidang paripurna, Selasa (17/7) pagi. Lanjutnya, pemasangan batu-batu tersebut telah diperhitungkan dan dikaji sehingga tidak akan membahayakan pengendara atau pengguna jalan.
Demikian juga terkait program yang bermanfaat bagi masyarakat dalam menangani masalah sampah, pihaknya telah menggalakkan gerakan gang hijau khususnya di daerah perkotaan, pembangunan TPS 3R (reduce, reuse, recycle) di beberapa desa/kelurahan, salah satunya kelurahan Pendem.
BACA JUGA : Beri Kuliah Umum Akademi Komunitas Negeri Jembrana, Wabup Kembang Tekankan Sikap Pribadi Profesional
Disamping itu, pihaknya telah merancang program Banjar Bebas Sampah Plastik (Berbatik) dengan tujuan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat di seluruh desa terhadap lingkungan. Pihaknya juga telah merancang pembangunan TPST di dua lokasi pada tahun ini, yang bertujuan agar sampah bisa dikelola di desa-desa dan tidak langsung semuanya dibuang ke TPA.
Upaya-upaya tersebut dimaksudkan untuk mengajak dan meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengelola sampah yang dihasilkan sendiri (pengelolaan sampah berbasis masyarakat) karena pihaknya beranggapan bahwa masalah sampah tidak akan pernah selesai apabila sumber/penghasil sampah tidak sadar untuk mengelola sampahnya sendiri dengan baik.(BB)