Sebelum 'Lebar', Terkait Pelebon Ini Permintaan Ida Pedanda Gede Oka Sidanta
Senin, 09 April 2018
istimewa
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com-Jembrana. Dipastikan pelaksanaan Pelebon Ida Pedanda Gede Oka Sidanta yang “Lebar” atau wafat lantaran tertimpa cabang kayu Pule, Sabtu (7/4) lalu tidak dilaksanakan di Setra (kuburan) desa pakraman setempat.
Melainkan pelaksanaan Pelebon Ida Pedanda dari Grya Megati Taman Sari, Banjar Tibusambi, Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo, Jembrana ini akan dilaksanakan di tanah Grya atau tanah pribadi milik Ida Pedanda.
“Ini sesuai permintaan beliau (Ida Pedanda) semasih Nyeneng (hidup). Beliau berpesan jika beliau nantinya Lebar (wafat) agar Pelebon dilaksanakan di tanah pribadi atau tanah Grya,” ujar Ida Ayu Kade Murdani (37), putri dari Ida Pedanda, Senin (9/4/2014).
Dipilihnya lahan atau tanah milik pribadi Ida Pedanda sebagai tempat Pelebon, lantaran lahan yang terletak di sebelah selatan Grya tersebut memiliki nilai historis tersendiri. Dimana tanah atau lahan tersebut sering digunakan sebagai tempat ngaben massal setiap tahunnya.
“Lahan milik Ida Pedanda tersebut telah digunakan sebagai tempat ngaben massal setiap tahunnya mulai tahun 2014 sampai tahun 2017 lalu. Jadi tanah itu mengandung nilai historis,” tuturnya kepada wartawan.
Lanjutnya, nanti pada saat pelebon Ida Pedanda, masyarakat atau sisya atau braya (pengikut) yang perlu diaben bisa diikutkan secara bersama-sama mengiringi pelebon Ida Pedanda, termasuk mukur hingga prosesi upacara usai.
Rencananya, pelebon Ida Pedanda Gede Oka Sidanta akan dipuput oleh Ida Pedanda dari Griya Susut, Desa Sibang Kaja, Kecamatan Abiansemal, Badung. Sedangkan rangkaian upacara lainnya akan dipuput beberapa Ida Pedanda dari Jembrana.
BACA JUGA : Guide Asing "Otak Pemukulan" Guide Lokal Bebas, Puluhan Guide Lokal Mengadu Imigrasi Ngurah Rai
Sementara itu dalam prosesi pelebon seorang Ida Pedanda, biasanya dilakukan sebulan tujuh hari setelah wafat dan bertepatan dengan Rahina Tilem ataupun Purnama. Sebelum genap sebulan tujuh hari, dilaksanakan ritual “Malelet” atau mengganti busana Ida Pedanda.
Namun ritual tersebut tidak dilaksanakan mengingat Ida Pedanda Lebar atau wafat karena “Salah Pati” atau meninggal karena tidak wajar atau tidak normal, yakni tertimpa pohon.(BB)