Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

JL. Patih Nambi XII No.5, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara

Call:081353114888

redaksi@baliberkarya.com

Arah Kadeee! Sekolah Inti di Mendoyo Kok “Berek” Apa Nggak Malu

Selasa, 13 Februari 2018

Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Jembrana. Infrastruktur sekolah negeri di Jembrana kembali mendapat sorotan dari dewan Jembrana. Mengingat sejumlah sekolah dasar negeri di Jembrana kondisinya rusak parah dan sangat mengganggu proses belajar mengajar.
 
 
 
Seperti yang terungkap tadi padi saat sejumlah anggota Komisi A DPRD Jembrana melakukan inspeksi dua sekolah dasar (SD) Negeri yang ada di Kecamatan Mendoyo. Dua sekolah dasar negeri tersebut kondisinya mengalami kerusakan parah dan tidak bisa digunakan.
 
Dua sekolah yang didatangi Komisi A DPRD Jembrana tadi pagi tersebut masing-masing, SD Negeri 7 Yehembang dan SD Negeri 2 Tegalcangkring. Menariknya, dua sekolah tersebut sama-sama dibangun tahun 2008, satu diantaranya merupakan sekolah inti.
 
Kedua sekolah yang dibangun di tahun yang sama tersebut, dua-duanya mengalami kerusakan yang sama, yakni rusak pada atap dan plafon yang terbuat dari bahan baja ringan. Rangka baja ringan sudah karatan dan keropos sehingga tidak mampu menahan beban berat atap genting. Sehingga bagian plafon ambruk karena tertimpa genting yang rontok.
 
Menurut I Gusti Ketut Cakra, salah seorang guru di SD Negeri 7 Yehembang, atap sekolah di atas ruang kelas VI tersebut jebol pada 31 Januari lalu. Saat itu, siswa sedang sembahyang Purnama tiba-tiba terdengar bunyi genting jatuh dan menimpa plafon dari asbes.
 
 
 
Sedangkan asbes di ruang kelas V sudah jebol sejak setahun lalu. Karena khawatir kerusakan atap ruang kelas V dan VI bertambah parah dan menimpa siswa, kegiatan belajar siswa dipindah keruangan lain. Siswa kelas V belajar di ruang perpustakaan dan siswa kelas VI belajar di ruang UKS.
 
"Daripada siswa kena timpa material, lebih baik belajar di tempat lain yang lebih aman,”  ujarnya, Selasa (13/2/2018).
 
Kepala SD Negeri 7 Yehembang I Gusti Ayu Nilawati mengatakan, sebagian besar kondisi atap sudah retak sehingga tidak berani menggunakan dua ruang kelas tersebut untuk kegiatan belajar mengajar.
 
 
 
Pihaknya sudah berupaya memperbaiki atap, namun tidak ada tukang yang berani karena kondisinya sudah keropos. Dirinya juga sudah mengusulkan perbaikan kepada dinas pendidikan, pemuda dan olahraga Jembrana, namun hingga saat ini belum ada kepastian untuk perbaikan.
 
Sementara itu kerusakan yang lebih parah terjadi di SD 2 Tegal Cangkring, jumlah ruang yang atapnya jebol lebih banyak, yakni 4 ruang. Terdiri dari 2 ruang kelas, kantor kepala sekolah dan ruang guru.
 
Kepala SD Negeri 2 Tegal Cangkring I Gusti Ngurah Suardana Kepada empat anggota Komisi A DPRD Jembrana yang melakukan sidak mengatakan, empat ruangan yang rusak tersebut sudah cukup lama, terakhir ambruk pada bagian atap dan plafon pada bulan Desember 2017 lalu.
 
Karena ruang kelas dan kantor tersebut rusak, kegiatan belajar pindah ke ruang rapat. Padahal sekolah tersebut merupakan sekolah inti yang sering digunakan untuk rapat dari seluruh sekolah di Kecamatan Mendoyo.
 
 
 
“Karena ruang pertemuan digunakan untuk kegiatan belajar, jadinya setiap ada pertemuan lokasinya dipindahkan ke SD Negeri 5 Yehembang. Kami berharap segera ada perbaikan, karena sangat membahayakan bagi siswa,” ujarnya.
 
Terkait hal tersebut, Sekretaris Komisi A DPRD Jembrana I Ketut Sadwi Darmawan mengatakan, meski hasil inspeksi hanya dua sekolah yang diketahui kondisinya rusak, pihaknya yakin masih ada sekolah lain yang rusak.
 
Apalagi, kondisi rusaknya hampir seragam, yakni pada rangka atap dari baja ringan. Karena itu, pihaknya meminta untuk melakukan evaluasi penggunaan rangka baja pada atap.
 
 
 
Menurutnya, penggunaan rangka baja untuk bangunan di Jembrana, dinilai tidak cocok apalagi untuk fasilitas publik seperti sekolah. Kondisi Jembrana, terutama yang dekat dengan pantai dinilai sangat tidak cocok dengan rangka baja, justru lebih baik menggunakan kayu.
 
Pihak rekanan yang membangun infrastruktur sekolah harus memperhatikan retensi dan memberikan garansi bangunan yang dibuat. Dinas juga menurutnya harus sigap menangani.
 
“Jangan sampai sekolah wira-wiri mengurus sendiri sekolahnya yang rusak. Ini kan sangat mengganggu proses belajar mengajar,” terangnya didampingi I Komang Adiyasa, Siti Ulfah dan Ni Made Artini.(BB)


Berita Terkini