Humas Provinsi Bali
Ia juga memuji ketulusan warga yang tidak mengikuti upacara Yadnya tersebut demi menolong warga lainnya. "Ada masyarakat yang menyumbangkan buah-buahan, kelapa ataupun janur, meskipun tidak mempunyai sawa diupacarai, ataupun tidak ikut rentetan upacara yadnya lainnya. Itu salah satu bentuk gotong royong dan harus dilestarikan," jelasnya. Dalam kesempatn itu, Sudikerta juga menyinggung masalah banten yang dihaturkan kehadapan IDa Sang Hyang Widhi Wasa. Menurutnya banten yang dihaturkan kehadapan ISHWW itu sarananya harus lengkap, baik dari isi jajanannya, harus berisi pala bungkah dan pala gantung, serta tetuasan canangnya, karena masing-masing isi banten itu memiliki makna yang menjadi penyempurna satu upacara yadnya. "Dan baiknya sarana yang dihaturkan berasal dari hasil panen warga, selain bisa menghemat itu juga bisa menggerakkan ekonomi lokal," imbuhnya.
Sementara itu Bendesa Adat Blahkiuh Ida Bagus Nyoman Bajra sebelumnya melaporkan jika upacara ini berjalan dengan swadaya oleh warga pemilik sawa serta juga disubsidi oleh desa pekraman. Masing-masing anggota keluarga mengeluarkan dana sekitar 1 juta rupiah. Ia menyampaikan jika sawa yang di sekah sebanyak 74 sawa, selain itu juga dilaksanakan upacara manusia yadnya massal seperti mepetik/metelubulanan sebanyak 123 orang, ngeraja sewal sebanyak 42 orang dan mepandes sebanyak 136 orang. Ia berharap upacara yang telah dilaksanakan persiapan sejak 7 Juni 2017 dan akan berakhir pada 26 Juni dengan agenda meprelina, meajar-ajar dan ngeluhuranf kekiluh lan ngaca dapan berjalan dengan lancar.(BB)