Dua Rumah Sakit Disidak Gubernur
Minggu, 27 Maret 2016
baliberkarya
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com- Merebaknya kasus deman berdarah (DNH di beberapa kabupaten di Bali saat ini menyebabkan banyak rumah sakit yang tidak bisa menampung pasien pennyakit yang disebakan oleh nyamuk Aedes Agepty tersebut.
Untuk mengantisipasi semakin banyaknya kasus DB di Bali, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengajak seluruh lapisan masyarakat secara serius bersama - sama memerangi dan mencegah sumber dari penyakit DB tersebut sehingga jumlah pasien yang membludak di rumah sakit tidak terjadi.
Hal tersebut disampaikannya saat meninjau di dua rumah sakit yakni RSUD Sanjiwani Gianyar dan RSUD Klungkung, Jumat(25/3).
"Pencegahaanya harus terus kita laksanakan dengan gerakan 3M (Menutup bak mandi, menguras bak mandi dan Menimbun kaleng dan botol bekas,) tersebut, walaupun saat ini prilaku nyamuk itu sudah sangat berubah, namun kita tetap harus membasmi penyebab penyakit demam berdarah itu," tegas Pastika.
Dalam kunjungan nya yang bertujuan untuk melihat kondisi pasien demam berdarah tersebut, Pastika berharap dapat mencari solusi agar permasalahan jumlah pasien yang melebihi kapasitas rumah sakit teratasi. Ke depannya Pastika mengharapkan adanya pengembangan dari runah sakit , khusunya di RSUD Sanjiwani Gianyar yang jumlah pasien penderita demam berdarahnya mencapai 90 orang.
"Ini secara bertahap harus terus dikembangkan sehingga mampu untuk menampung seluruh pasien, kalau tidak bisa melebar ya kita buat ke atas, mengingat lahan terbatas sementara pertumbuhan penduduk yang makin bertambah,” imbuh Pastika.
Berbeda dengan kondisi di RSUD Sanjiwani , Gianyar, jumlah pasien demam berdarah di RSUD Klungkung berjumlah 36 orang .sehingga masih mampu teratasi walaupun harus dengan menambahkan beberapa tempat tidur di ruangan tersebut.
Dalam kesempatan tersebut, Pastika yang didampingi oleh Kepala Biro Humas Setda Provinsi Bali I Dewa Gede Mahendra Putra juga menyempatkan diri untuk berbincang – bincang dengan beberapa pasien yang sebagian besar mengaku masih menggunakan JKBM daripada BPJS ubtuk berobat. Menurut para pasien tersebut, penggunaan JKBM dianggap lebih mudah ketimbang BPJS dan lebih banyak mencakup kebutuhan kesehatan masyarakat sehingga lebih meringankan beban dari masyarakat.
“Ini nanti akan menjadi pertimbangan kita dalam menyatukan JKBM dengan BPJS tersebut, dan mungkin penyatuan tersebut bisa kita undur mengingat banyaknya masyarakat yang masih sangat memerlukan dan merasa lebih ringan jika menggunakan JKBM tersebut,” ungkap Pastika.
Pastika juga sempat menyapa para penunggu – penunggu pasien di RSUD tersebut dan berbagi resep mengenai cara mencegah penyakit jantung (stroke). Saat ini banyak penderita jantung di usia muda. Menurutnya fenomena gaya hidup modern dan pola makan yang salah dan jarang berolah raga sering kali menjadi pemicunya.
“Mumpung saat ini masih muda dan sehat, kita jaga kesehatan kita, jaga pola makan dan rajin berolahraga,” tegas Pastika yang mengaku prihatin karena masih banyaknya masyarakat masih kurang sadar dalam menjaga kesehatannya.
“Kalau masih muda itu olahraganya minimal 1 jam, kalau seperti saya ini setengah jam lah sudah cukup, apalagi saat ini makanan kita banyak mengandung gula seperti babi guling itu, makanya harus diimbangi dengan berolahraga,” imbuh Pastika. (*)