Pegelaran Seni Budaya Empat Pilar MPR RI Tampilkan Kecak dan Bondres, Gus Adhi Berharap Kesenian Bali Ditampilkan Disetiap Hotel Setiap Sabtu

  30 Oktober 2021 TOKOH Badung

Foto: Anggota Badan Sosialisasi MPR RI Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra (Amatra) yang akrab disapa Gus Adhi.

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Kuta. Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Bali kini dilakukan dengan cara berbeda dari biasanya. Kali ini, sosialisasi Empat Pilar MPR RI oleh delapan narasumber Anggota MPR RI dari lintas partai dan lintas Dapil ini digelar dalam bentuk Pegelaran Seni Budaya Empat Pilar di Bali yang digelar secara daring dan during di Anvaya Resort Kuta, Badung, Sabtu 30 Oktober 2021.

Adapun Pegelaran Seni Budaya Empat Pilar MPR RI kali ini menampilkan dua kesenian Bali yakni Tari Kecak dengan cerita Ramayana dan Kesenian Bondres. Sosialisasi Empat Pilar MPR RI bertema "Dengan Melestarikan Budaya Adalah Implementasi Dari Empat Pilar MPR RI" menghadirkan delapan narasumber Anggota MPR RI dari lintas partai dan lintas Dapil  yaitu Dr. H. Alirman Sori, S.H., M. Hum., M. M., Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra (Amatra) atau yang akrab disapa Gus Adhi, H. Arteria Dahlan, ST., S.H., M.H., drg. Putih Sari, Mohammad Saleh, S.E, H. Muhammad Syafrudin, ST, M.M., Dr. Badikenita BR. Sitepu, SE, M.Si, dan TGH. Ibnu Halil, S. Ag, M.Pd.i.

Salah satu narasumber yakni Anggota Badan Sosialisasi MPR RI Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra (Amatra) yang akrab disapa Gus Adhi menyatakan Bangsa Indonesia yang terdiri dari 1340 suku dan salah satunya Bali ini mengupas Tari Kecak dimana penarinya yang memakai kain poleng atau warna putih hitam dengan ukuran warna yang sama sebagai wujud keseimbangan alam. 

Menurut Gus Adhi yang dikenal sebagai wakil rakyat dengan spirit perjuangan “Amanah, Merakyat, Peduli” (AMP) dan “Kita Tidak Sedarah Tapi Kita Searah" ini dalam Tarian Kecak tersebut ada tokoh Rama yang merupakan reinkarnasi dari Dewa Wisnu. Selain itu ada Hanoman yang merupakan titisan Dewa SiwaSiwa, jadi kesemuanya ini kalau dirangkai dalam arti dari Pancasila bahwa Tari Kecak ini memberikan simbol-simbol apa yang tertuang dalam Pancasila tersebut. 

Gus Adhi pun menjabarkan yang pertama Ketuhanan Yang Maha Esa dimana sebelum para penari pentas Tari Kecak mereka terlebih dahulu Sembahyang untuk membangkitkan Taksu dan Kharisma sehingga tariannya memiliki nilai tersendiri. Yang kedua dalam cerita Ramayana disitu ada sila kedua, adanya rasa saling sayang menyayangi. 

"Saling menyayangi antara Rama dan Sinta, Laksamana dengan kakaknya Sang Rama, begitu juga kesetiaan Sang Hanoman," ucap Gus Adhi. 

Yang ketiga, lanjut politisi senior Partai Golkar ini adalah dalam merangkai semua Tarian Kecak dimana ada perbedaan nada-nada yang berbeda, namun hal itu semua dirangkai menjadi satu keharmonisan yaitu persatuan keutuhan dalam pentas Tari Kecak. Yang keempat adanya suatu musyawarah didalam Tari Kecak tersebut. 

Dalam cerita Tari Kecak itu ada musyawarah siapa yang mengeluarkan nada tertentu menjadi irama yang indah. Dalam menggempur kerajaan Rahwana terjadi musyawarah antara Rama dengan Laksmana serta Hanoman mengerahkan tentara kera sehingga mengalahkan kejahatan. Yang kelima adalah simbol gotong royong. Nah itulah leluhur kita sudah melahirkan nilai-nilai luhur Pancasila sehingga bisa dipertontonkan dan setiap menonton Tari Kecak ingat Pancasila. 

"Kepada para seniman tetapkanlah giatkan kesenian Bali karena itu merupakan suatu potensi yang membawa nama Bali harum di Mancanegara," ajak Gus Adhi yang juga Ketua Harian Depinas SOKSI ini.

Untuk Kesenian Bondres yang ditampilkan kedua setelah Tari Kecak tersebut, Gus Adhi menegaskan Kesenian Bondres adalah sarana budaya yang lebih kental edukasi ke pendidikan. Dalam Keseniana Bondres terdapat ilustrasi mebat, dimana mebat itu adalah budaya dalam mengolah kuliner. 

"Didalam mebat itu diisyaratkan bahwa perbedaan itu ada, gotong royong itu ada untuk menghasilkan bentuk yang jelas," terang Anggota Komisi II DPR RI ini.

Pada kesempatan ini Gus Adhi mengajak semua pihak agar lebih banyak menampilkan Bondres dan pentingnya menghadirkan Pancasila didalam berbangsa dan bernegara. Termasuk bermasyarakat sebagai insan sosial di Provinsi Bali ini. 

"Kami MPR RI hadir ingin mengingatkan pentingnya pentas-pentas budaya dan kesenian ini ditampilkan di pariwisata sehingga ada pesan-pesan yang ditampilkan, termasuk didalam Empat Pilar tersebut," kata Gus Adhi yang juga Ketua Depidar SOKSI Provinsi Bali. 

Selain itu, Tokoh asal Jero Kawan Kerobokan Badung ini berharap kepada Gubernur Bali jika pariwisata Bali tumbuh kembali agar Kesenian Bali bisa ditampilkan di setiap hotel disetiap hari Sabtu. Sebagai wakil rakyat, Gus Adhi juga berharap mudah-mudahan tanpa kehadiran pemerintah para seniman bisa mementaskan kesenian tersebut. 

"Kita harapkan sama Gubernur Bali kita minta agar Kesenian Bali bisa ditampilkan di setiap hotel disetiap hari Sabtu kalau pariwisata tumbuh lagi. Nah inilah harapan saya mudah-mudahan MPR RI dalam sosialisasi Empat Pilar dengan mempergunakan sarana budaya menjadi inspirasi pejabat daerah untuk menampilkan kesenian di setiap hotel di Provinsi Bali," harap Gus Adhi mengakhiri.(BB).